Rabu, 18 Agustus 2010

MERDEKA!!!


MERDEKA!!!
Itu yang berulang kali saya dengar kemarin. Berbagai stasiun TV tiada habis mengulas tentang sejarah bangsa ini, mulai dari tayangan film kolosal hingga konser musik yang katanya menyambut kemerdekaan yang entah hal itu hanya sekedar hiburan semata atau bukan.

MERDEKA!!!
Apa iya, saat ini setiap orang merasakan hal tersebut.
Tapi sepertinya kata itu telah mengalami perubahan makna.
Oh bukan, lebih tepatnya diferensiasi pada setiap orangnya.
Merdekamu tak berarti merdekaku.

MERDEKA!!!
Mungkin bagi para pemulung memaknai sebuah kemerdekaan dengan cara pekerjaannya yang tak lagi mengais sampah.
Bagi para pengusaha, bisa jadi dimaknai yang penting usahanya makin maju dan tanpa peduli bagaimana dampaknya ke masyarakat luas, akhirnya pembangunan ekonomi terjadi dimana-mana tanpa pernah memikirkan dampak ke masyarkat luas yang hanya diperbudak dan direkayas menjadi masyarakat konsumtif.
Yang kaya makin kaya, yang miskin makin merana.
Bagi para ahli politik, mencari bibit-bibit lain yang bisa digunakan untuk mengeruk kepentingan pribadinya, mulai dari minta mobil, laptop, tambahan gaji, meskipun kondisi bangsa ini malah makin carut marut dan tidak sesuai dengan imbalan yang mereka peroleh.

MERDEKA!!!
Secara umum artinya bebas.
Tapi bebas dalam konteks siapa?
Tampaknya kata itu akhirnya hanya akan melahirkan perdebatan di kelas-kelas filsafat atau sejarah.
Dan akhirnya semua hanya tahu, arti merdeka adalah bebas.
Dalam pandangan siap, tak lagi menjadi penting, yang utama adalah "BEBAS".

MERDEKA!!!
Akhirnya kata itu hanya bertahan satu haris, atau dua hari, atau satu minggu, tapi kurasa tak sampai satu bulan.
Dan baru akan terdengar lagi satu tahun kemudian ketika telah mendekati harinya.
Merdeka satu hari, akhirnya hal itu yang terjadi.
Dan bangsa ini akhirnya hanya bisa menikmati kemerdekaan semu yang bahkan mereka tida sadar sedang dijajah.
Atau bahkan mungkin, mereka sebenarnya sadar, tapi penjajajhan yang dilakukan oleh bangsa lain terlalu nikmat untuk ditinggalkan begitu saja.
Hingga akhirnya mereka terbuai dengan "KEMERDEKAANNYA".

MERDEKA!!!
Akankah tahun depan akan mengulang tahun-tahun sebelumnya?
Entahlah...

Kamis, 29 Juli 2010

Cinta Satu Muara


Pernikahan...
Mungkin karena menjelang ramadhan hingga banyak orang yang mengejar target menikah di bulan ini. Ada juga yang mengejar setelah ramadhan. Bahkan ada juga yang mengejar tanggal cantik agar mudah diingat. Contohnya saja tanggal 10 bulan 10 tahun 10. Yang jelas, setiap mereka memiliki pertimbangan masing-masing.

Pernikahan...
Undangan kian menggunung di kamar. Undangan dari sana, undangan dari sini, undangan dari situ, bahkan undangan dari sono. Bergulir terus satu per satu. Waktu ini memang cepat berlalu. Dulu, aku sering ikut orangtua kondangan kemana-mana. Sekarang, aku pergi sendiri atau bersama beberapa teman. Tak terasa, ternyata masa itu sudah harus dilewati.

Pernikahan...
Ada berbagai cara yang digunakan para sahabat untuk bisa melangkah ke tahap itu. Mulai dari langkah pacaran hingga mengikuti syariat. Dan pastinya, apa yang mereka lakukan berlandaskan cinta. Entah, memiliki muara yang sama atau tidak.

Pernikahan...
Teringat dengan sebuah pepatah jawa yang mengatakan bahwa cinta hadir karena telah terbiasa. Aku hanya bisa menjawab dengan kata, "Entahlah" (rasa-rasanya sudah terlalu banyak kata "entahlah" yang kukeluarkan dalam setiap tulisanku). Sebanrnya aku menyepakatinya meskipun tidak terlalu sepenuhnya. Karena toh, banyak sekali peristiwa yang bertolak belakang dengan kata pepatah itu. Karena terbiasanya, mereka mulai bosan, jenuh, penat hingga mencari pelarian. Bahkan ada yang memilih berpisah karena terbiasanya. Tak masuk akal kupikir. Tapi itulah realita yang kutemui bahkan kita semua jumpai di negeri yang sudah tak jelas lagi ini. Hingga akhirnya, aku menemukan kesimpulan. Mungkin mereka belum menemukan muara cinta sebenarnya.

Pernikahan...
Aku sepakat jika hal ini dilakukan berlandaskan cinta. Cinta pada muara yang tepat. Dalam hal ini bukanlah dalam konteks calon pasangan melainkan pada Sang Pemegang Otoritas, Sang Pemilik Hati. Jika muara cinta ini hanya satu, yaitu ALLAH, aku yakin cinta itu akan selalu segar dan tidak akan pernah membosankan. Karena cinta satu muara, hanya punya satu muara. Dan dari muara itu, cinta dengan sendirinya mengguyur deras pada setiap makhluk hidup di bumi ALLAH ini yang kemudian membasahi mereka dan memberikan inspirasi untuk turut memercikkan rasa itu ke makhluk ALLAH yang lain.

***

Cinta satu muara hanya punya satu muara. ALLAH.
Setiap kita akan melangkah, maka muaranya hanya satu.
Setiap kita terjerat masalah, maka peraduannya pun hanya satu.
Setiap kita tertimpa musibah, maka tempat pertolongannya pun hanya satu.
Setiap kita merasakan cinta, maka sudah semestinya muaranya pun hanya satu.
Hingga akhirnya, ketika kita siap menikah, maka muaranya pun hanya satu.
ALLAH.

Cinta satu muara, merupakan cinta yang produktif dan aktif.
Hanya tahu memberi dan memberi dan ingin yang diberi menjadi lebih baik.
Bukan dalam kondisi sebaliknya.

Cinta satu muara, cinta yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
Muaranya hanya satu dan satu-satunya, sedangkan lain adalah bentuk dan realisasi dari cinta satu muara tersebut.
Jadi jangan heran, ketika ada keluarga yang bisa mempertahankan bahkan membuat kondisi keluarganya luar biasa maju dan hebat (konteks dunia dan akhirat). Karena muara cinta mereka memang hanya satu.

Cinta satu muara, cinta ini selektif karena hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar ingin merasakannya. Usaha untuk mencapainya pun terbilang cukup berat. Justru itu yang menguji cinta. Apakah cinta itu berada pada muara yang tepat atau hanya sekedar cinta tanpa muara.

Cinta satu muara melibatkan ruh, jasad dan pikiran untuk menggapainya.
Cinta satu muara, hanya ALLAH muaranya.

Kamis, 22 Juli 2010

Episode Dua Lusin chapter 6


21 Juli 2008 pukul 07.30

Tadinya berencana untuk mengerjakan LPJ triwulan departemen dalam negeri BEM UNJ 2008 di rumah. Meskipun katanya hari itu ulang tahun, tapi tetap saja tanggung jawab adalah tanggung jawab dan harus 100 persen dilakukan. Tapi, baru saja aku memulai tiba-tiba sepupuku (saat itu masih tinggal di rumah dan semenjak nikah sudah pindah tinggal dengan suaminya) bilang, "Nurul, hari ini ulang tahun ya?". Aku hanya terbengong-bengong mendengar sepupuku karena bingung beliau tahu dari mana. "Banyak teman-temannya di luar dan kayanya bawa kue deh", lanjut sepupuku bilang. Otomatis, aku terkejut. Teman-temanku, pagi-pagi gini datang ke rumah padahal rumah mereka jauh-jauh banget dan pake bawa kue pula. Plus, aku dalam kondisi yang belum bersih-bersih. Hoalah, lengkap sudah mereka memberikan kejutan di hari itu.

Akhirnya, aku langsung ngibrit ke kamar untuk berganti pakaian dan menyambut mereka di rumah. Mereka tertawa sangat puas dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun saat kubuka pintu. Pake acara direkam dan foto-foto segala lagi. Bener-bener sukses deh ngerjain aku saat itu. Setelah itu, kue pun dipotong dan kami ngobrol ngalor ngidul sebelum berangkat lagi ke kampus. Dan ternyata, aku baru tahu kalau mereka kumpul dari jam 5 pagi di kampus. Terharunya ...

Dulu, rencana itu sebenarnya kami sempat susun untuk temanku yang berulang tahun di bulan Juni tapi tidak sempat direalisasikan. Dan tak disangka mereka menjalankan misi itu untukku. Seru.

Oia, sampai di rumah juga mereka tak henti-hentinya mengerjai aku dengan minta sarapan dan berbagai permintaan aneh lainnya. Yo wisslah, kuturuti saja. Tapi ada kejadian aneh. Ada salah seorang temanku yang izin ke toilet. Setelah lebih dari 10 menit kami kebingungan karena dia gak keluar-keluar juga. Ternyata, setelah lewat dari 15 menit dia keluar juga dan memelas sambil mengatakan "Nurul, WC-nya mampet ya???". Alhasil, aku yang sudah bercerita pada teman-teman saat dia di toilet pun tertawa ngakak dengan melihat tampangnya yang memelas. Kondisinya saat itu, WC di rumahku memang agak bermasalah. Kasihan, jadi obyek tertawaan. Setelah puas, kami pun turing ke kampus naik motor. Dan di kampus, masih saja mereka minta traktir tapi bukan sama aku. Sehari sebelumnya ada temanku yang juga ulang tahun, alhasil makan-makanlah kita. Itulah hobi kami semenjak di BEM, makan-makan dan wisata kuliner setelah maghrib.


***

21 Juli 2009

Hariku dihabiskan untuk berkencan dengan tumpukan buku dan skripsi kala itu. Karena keesokan harinya adalah jadwalku sidang. Panik, karena yang menguji adalah salah seorang profesor yang merupakan pencetus jurusanku ini ada di Indonesia. Pastinya, beliau akan sangat perfeksionis. Belum lagi, salah seorang pembimbingku adalah profesor juga yang terkenal melankolis banget dan sisi perfeksionisnya tidak ada yang bisa menandingi. Ditambah lagi, 3 dosen penguji lain (salah satunya pembimbingku) adalah dosen yang kompeten banget di bidangnya. Pokoknya, bayangan buruk waktu seminar hasil terus mengikutiku kala itu.

Seminar hasil tanggal 24 Juni 2009 adalah hasil presentasi terburukku selama kuliah dan seumur hidup. Tidak pernah aku mengalami kondisi se-blank itu. Sampai-sampai setiap omongan dan saran dosen tak kucerna baik di otakku. Alhasil, setelah seminar hasil aku terancam untuk tidak bisa ikut sidang dan lulus semester itu. Lengkap sudah. Aku bersama 2 orang lainnya memiliki nasib yang sama. Akhirnya kami berjuang, hingga diizinkan untuk seidang. Itupun H-5, kami masih harus revisi dalam jumlah yang tak sedikit. Sempurna. Karena itu, aku cukup panik menghadapi sidang.

Akhirnya, waktuku habis untuk belajar dan belajar serta mengoreksi bahan presentasi jika ada yang kurang sempurna. Praktek sana-sini karena presentasi hanya diberi waktu 10 menit. Lebih dari 250 halaman skripsi, ku-ludes habis. Mencoba menikmati dan membayangkan jasa orangtuaku yang sudah sangat berharap aku lulus. Terlebih. aku sudah janji untuk lulus semester itu (10 semester aku berkuliah) karena untuk 2 semester lainnya aku gunakan untuk organisasi. Orangtuaku kujadikan motivator untuk bisa tampil sebaik mungkin besok.

Dan sidang skripsi pun dimulai. Aku presentasi dengan waktu tersingkat, 8 menit saja. Tapi, karena aku adalah tipe orang dengan ritme bicara yang cukup cepat alhasil dosen pun mengomentari ritme bicaraku. Kumaklumi. Tapi, yang tak habis pikir, dari 1 jam waktu yang disediakan untuk masing-masing peserta sidang, aku menda[at kesempatan untuk mendapat waktu lebih dari 1 jam yang totalnya 1,5 jam. Dengan lancar, dosen mengeluarkan senjatanya. Dari mulai pertanyaan yang jumlahnya banyak banget sampai pernyataan yang tak diprediksi. Bahkan ada dosenku ada yang menanyakan tentang kaidah bahasa Indonesia dan sudahkah aku melihat di kamus bahasa indonesia. Hoalah, tangan kananku hanya bisa bermain-main dengan bangku di sebelah aku duduk di hadapan para dosen sambil menunggu mereka dalam waktu yang cukup lama. Mereka tak bisa melihat karena tertutup oleh meja. Sungguh, jumlah pertanyaanku jauh lebih banyak dari teman-teman yang lain. Sempurna.

Tapi, alhamdulillah sidang berjalan dengan lancar. Dan aku baru sadar bahwa memakai jilbab dalam kondisi terbalik. Yang ada motifnya kuletakkan di bagian dalam. Hmmm... hasil kepanikanku. Luar biasa hari itu. TAkhirnya, satu fase hidupku dilalui dengan baik meskipun tadinya sempat panik banget karena awalnya sidangku adalah tanggal 21 Juli 2009. Teman-temanku yang tahu tentang masalah skripsiku yang bermasalah sampai mengatakan "Gue jadi sakit perut Rul. Lengkap banget sih penderitaan loe. Pengujinya "luar biasa" dan di hari luar biasa dengan masalah yang "luar biasa". Aku hanya memperlihatkan wajah yang super memelas. Untungnya, jadwal berubah. Tapi tak mengurangi tingkat kecemasanku.

Setelah sidang, tak berarti masalah selesai saudara-saudara. Ternyata sidang yang lancar tak berarti urusan revisi pun lancar (di kampusku, setelah sidang ada proses revisi sebelum skripsi dikumpulkan). Aku harus berkutat dengan para dosen-dosen yang akhirnya menjadi masalah lain. Proses revisi kujalani dengan jauh lebih panik. Saat teman-temanku telah selesai mengumpulkan, aku dan 2 orang teman justru bermasalah. Ada kesalah pahaman dengan para dosen. Hingga akhirnya dalam satu hari, ketika teman-teman telah lengkap mengumpulkan tanda tangan dosen. Aku hanya bisa termangu dan mencoba menguatkan diri dengan 2 orang temanku untuk tetap survive. Hingga sampai malam hari, kami berangkat ke rumah salah seorang dosen dengan ditemani seorang kawan yang tau rumah beliau(setelah sampai depan rumah, lkawanku itu pulang) dan harus puas dimarahi. Kami hanya bisa diam (kami berdua dan sama-sama perempuan pula). Tanda tangan memang diperoleh, tapi hanya untuk lembar tanda tangan. Sementara lembar saran tidak ditandatangani. Dan itupun masih kurang tanda tangan dua dosen lagi.

Sampai di rumah, orangtuaku bingung melihat anak sulungnya ini. Karena aku hanya bisa diam seribu bahasa sambil memohon dalam hati agar dicukupkan cobaan ini. Jujur, saat itu aku sudah sangat capek dan merasa tak punya tenaga lagi untuk berjuang. Orang tuaku menanyakan berbagai macam pertanyaan yang tak kujawab satu pun. Sibuk dengan pikiran sendiri. Sampai di kamar, aku hanya bisa diam dan menangis. Beratnya hari itu.

Keesokan harinya, aku mencoba untuk bangkit kembali untuk mengejar tanda tangan dua dosen. Selalu diulur-ulur dengan berbagai alasan. temanku sudah menangis sejak kemarin bahkan lebih deras air matanya hari ini. Tapi aku mencoba menguatkan dia dan diriku sendiri. Bahwa ALLAh pasti memberikan ini semua karena kami sanggup untuk menjalaninya. Tapi, ternyata air mataku tumpah dan deras. Aku lari ke kamar mandi setelah aku tahu dosen belum mau tanda tangan. Menangislah aku di sana. Lalu aku kembali lagi ke kantor jurusan, seniorku mencoba menyemangati dan hanya bisa kuladeni dengan, "Kak, Nurul dah capek". Snagat memelas. Aku diminta kumpul di kelas bersama teman-teman yang lain yang telah selesai dengan urusan skripsinya. Sampai di kelas, aku memeluk salah seorang teman dan menangis. Pun dengan temanku satu lagi yang memiliki masalah yang sama. Akhirnya mereka mengerumuni kami dan menanyakan perihal skripsi. Tapi, alhamdulillah hari itu bisa kami lalui dengan baik dan bisa lulus di semester ini, meskipun salah seorang teman tak bisa diluluskan dengan alasan revisinya belum selesai meskipun sudah sidang. Dan beberapa hari setelah itu, kami bersenda gurau dan bergosip tentang skripsi masing-masing. Bagaimana gilanya menghadapi skripsi yang tak kunjung usai cobaannya hingga karakter kami saat stress menghadapinya. Ada salah seorang teman yang ketika stress malah pergi nonton bioskop sendirian dengan hatinya yang galau. Sementara aku, banyak makan coklat karena terpengaruh efeknya yang katanya sedikit mampu memberikan ketenangan. Setelah skripsi, Mayoritas dari kami mengalami penurunan berat badan, bahkan ada salah seorang teman yang selama tiga bulan tidak mengalami menstruasi karena stress. Sementara aku, termasuk dalam orang yang berat badannya malah naik 2 kg karena kebanyak makan coklat. Dahsyat. Kami juga bercerita tentang traumanya kami menjalani skripsi hingga sedikit trauma dengan kampus sendiri. Parah banget deh. Bahkan, sebagian temanku tak percaya jika aku semapat menangis waktu mengurus skripsi. Mereka sampai mengatakan, "Kalau Bia, kita sih percaya bisa namngis. Tapi, Nurul nangis???", [ertanyaan besar buatku. Yah... memang sih. Aku terkenal periang dan aktif plus tipe orang yang selalu semangat. Sebisa mungkin jika aku harus menangis, kuusahakan hanya saat aku sendiri dan berhadapan dengan ALLAH setelah shalat atau saat sujud. Jadi mereka jarang melihat aku dengan uraian air mata. Dan moment itu jadi salah satu moment yang tak bisa kulupakan. Dan di semester itu, adalah semester dengan lulusan terbanyak di jurusanku. Subhanallah. Dan baru semester itu pula, fakultas mengadakan acara inagurasi yang seru banget. Makanya foto-foto kelulusanku jumlahnya bejibun (hehehe).


***

21 Juli 2010

Dikerjain habis-habisan. Jam 16.05 aku mengajar privat matematika internasional kelas 6 SD di salah satu ruangan di tempat kerja (LCC Jatiwaringin). Belum satu bulan aku bekerja disana, tapi kami satu kantor sudah cukup dekat. Jam 17.30, aku kembali ke ruang kantor manajemen untuk melihat jam karena tidak membawa HP. Aku pun sempat mengeluarkan HP dari tas dan setelah itu kuletakkan di meja dan kembali ke ruangan. Jam 17.45, aku kembali lagi ke ruang kantor manajemen setelah mengantar muridku ke mobilnya. HP hilang, dan seragam yang sengaja kutaruh di laci pun hilang. Panik. Pastinya. Aku mencoba mengingat-ingat kembali tapi aku sendiri yakin dimana meletakkan kedua benda itu. Setelah mencari beberapa lama, tidak ketemu juga. Akhirnya aku pasrah dan mencoba mengikhlaskan. Tapi, tidak pakai menangis. Justru sebaliknya, aku mengalami salah affect. Tertawa dan senyum-senyum. Setelah itu kami bersiap untuk turun ke bawah dan pulang. Tapi ternyata, mereka menyiapkan sebuah kado untukku. Ternyata, itu adalah seragam kerja dan HP ku yang hilang. Curang. Mereka mengerjaiku habis-habisan. Padahal, 2 hari sebelumnya ada reka kerja yang ulang tahun juga tapi tak dikerjai seperti aku. Hwaaaa.... Bener-bener curang. Sepertinya, aku adalah orang pertama yang dikerjai hingga seperti itu. Sebelum mereka memberikan kado, aku pun telah menulis di status facebook perihal kehilangan HP. Tak disangka, segalanya hanya rekayasa.

Benar-benar hari yang aneh. Siangnya, aku naik bisa ke tempat kerja dan ternyata jadi sasaran anak sekolah yang sedang tawuran. Otomatis, satu bis panik sampai kami menutupi kepala dengan tas karena takut jadi sasaran tak bersalah akibat lemparan batu. Sungguh, hari yang aneh. Malam harinya, ada lagi kejadian aneh. Aku sengaja membeli martabak untuk keluarga sebanyak dua porsi. Kupikir abangnya mengerti dengan mengatakan dua dus yang artinya dua porsi. Tapi ternyata, dia memberikan aku satu porsi yang dibagi ke dalam dua dus. Hoalah, kenapa semua jadi pada aneh dan seakan mengerjaiku di hari kemarin ya... Dan ketika aku pulang, martabak langsung lahap dimakan oleh anggota keluarga. Mak Nyus...


***

3 tahun di tanggal 21 Juli dengan kejadian yang berbeda-beda dan sangat berkesan karena agak berbeda dari tiap tahunnya. Bersyukur, mereka yang sempat mengerjaiku malah akhirnya bisa mewarnai tulisan ini.

Dua lusin kini. Aku masih belum membuat target. Tapi aku tahu apa yang harus kulakukan terlebih dahulu. Semua telah terkeam pada otakku, meskipun belum kugoreskan lewat tulisan. Kuharap, doa yang kuterima kemarin dari setiap orang bisa terkabul dan menjadi terbaik dan mendapat ridho-NYA. Aku juga berharap, semoga usia ini kian bisa kumanfaatkan dengan baik karena tak akan ada yang tahu hari esok kan???!!!. Usia ini juga ku proyeksikan menjadi rancangan dari bagaimana aku akan menghadap Tuhanku nanti.

Allahu Rabbi...
Terima kasih untuk segalanya dan izinkan aku untuk terus mencintai-MU selamanya hingga nanti di "dunia" setelah dunia.


***


TAMAT

Episode Dua Lusin chapter 5


Memang, sebenarnya hari lahir setiap tahunnya tak terlalu banyak berbeda dengan hari-hari biasanya. Yang berbeda adalah, di hari itu akan ada banyak doa yang dituai, banyak senyum yang disunggingkan, banyak permintaan yang harus diladeni (terutama permintaan traktir), dan banyak target yang harus dievaluasi dan diperbaiki dan bahkan mungkin dibikin target baru. Itulah, yang kualami hari ini.

Tengah malam, handphone tak henti-hentinya berbunyi. Dimulai dari tengah malam pukul 00.00 bahkan mungkin belum berhenti sampai bertemu malam kembali. Kubuka situs jejaring pertemanan sosial dan tampaklah deretan ucapan selamat serta doa dari para sahabat. Hal-hal lumrah yang biasa ditemui ketika kita menemui hari lahir setiap tahunnya. Kuharap, doa itu tak hanya muncul hari ini tapi juga dalam jangka waktu yang lama di keesokan harinya.

Dua lusin sudah hari ini, lengkap. Memang sih, mungkin bagi sebagian orang ketika menapaki usia ini terkesan biasa saja. Namun, bagiku setiap tahunnya di tanggal ini adalah moment mengingat sesuatu yang telah pergi. Tapi anehnya, justru di hari lahir banyak orang yang mengucapkan kata "selamat" padahal usia ini kian berkurang dan jatah kontraknya di dunia nyaris habis dan mungkin sudah di ujung tanduk. Satu keanehan yang tak pernah berubah dari zaman baheula sampai sekarang dan bahkan mungkin akan awet sampai nanti.

Bagiku juga, setiap tahunnya di tanggal ini merupakan teguran akan setiap langkah yang telah kulewati hingga sampai di sini. Teguran akan apa yang telah aku lakukan dan teguran akan pertanggungjawaban hingga usia ku mencapai titik dua lusin. Tak sekedar bertambahnya usia, karena pastinya khilaf dan dosa ini turt bertambah.

Allahu Rabbi...
Dua lusin ku menapaki jalan ini, namun masih saja aku belum mempu berlari dengan kecepatan tinggi. Dua lusin aku ada di dunia ini, tapi masih saja hobi untuk menuai dosa dan salah. Dua lusin waktu ini telah terlewati dan kuharap ampunan-MU hingga kini.

***

Teringat dengan kejadian kemarin, saat aku baru saja dari salah satu toko buku terbesar di Jakarta (kalo gak salah). Saat turun dari sebuah jembatan penyeberangan, ada seorang ibu menghampiriku dan bercerita tentang anaknya yang dirawat di rumah sakit tertua di Jakarta (bener kan??!!!). Penyempitan jantung. Sang ibu harus membeli infus yang harganya lebih dari 300 ribu untuk anaknya yang seharusnya kelas 7 SMP saat ini, tapi akhirnya harus terbaring di rumah sakit dan sekolah dasarnya pun tak diselesaikan. Akhirnya beliau minta tolong padaku untuk menambahi uangnya yang kurang. Air matanya jatuh tapi dia berusaha untuk kuat dan memintaku untuk turut berdoa bagi anaknya. Setelah dirasa uangnya cukup, beliau pun segera pergi ke rumah sakit karena takut terlambat.

Dari kejadian itu, aku jadi teringat dengan orang tuaku. Namanya orang tua, pasti rela melakukan apa pun demi anaknya bagaimanapun kondisinya. Mereka rela untuk banting tulang dan memberikan perhatian penuh untuk kemajuan dan perkembangan sang anak. Bahkan, papa ku beberapa hari lalu sempat cerita bahwa awalnya pada usia sekolah aku akan dimasukkan ke pesantren. Mamaku menolak. Dan aku merasa, karena beliau ingin merawat anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Karena itu, setelah punya anak, mama berhenti dari pekerjaannya sebagai perawat. Adik-adikku pun diperlakukan serupa. Mama mulai bekerja kembali saat adikku yang bungsu sudah cukup besar. Alhasil, dengan usaha dan pengorbanan orang tua, jadilah kami anak-anak mereka saat ini. Kuharap, kami dapat mengukir senyum di bibir mereka. Selalu. Karena kami tak punya apa-apa untuk membalas segala jasanya yang begitu banyak dan begitu besar. Dan aku pun terpekur menatap usia ini dan menatap kembali setiap pengorbanan mereka hingga aku menjadi seperti saat ini.

Berbicara tentang dua lusin...
Masih banyak hutang yang harus kubayar pada orang tua untuk kebahagiaan mereka. Ku harap hutang itu segera bisa ku bayar dan lunas. Lunas??? Salah. Karena tak ada kata lunas untuk membayar hutang pada orang tua. setidaknya semua harus kubayar. Permintaan mereka harus bisa kuwujudkan jika itu memang baik. Allahu Rabbi... Bantu hamba yang tak berdaya ini...


to be continued

Episode Dua Lusin chapter 4


Besok...
Entah masihkah ada hari atau tidak
Entah masihkah ada kesempatan untuk memperbaiki diri
Entah masihkah bisa belajar lebih banyak
Entah masihkah bisa memberi lebih dari biasanya
Entah masihkah diberi waktu untuk menggapai asa

Besok...
Masih penuh dengan dosa kala usia yang semakin menua
Masih saja berbuat khilaf tatkala menyadari hal tersebut salah
Masih bersantai-santai ketika sadar waktu yang semakin meninggalkan
Masih tak menyadari akan segala khilaf yang dilakoni

Besok...
Usia makin meninggi semakin singkat
Usia pergi tanpa pamit
Usia memaksa diri untuk menyadari waktu yang sedikit
Usia yang masih dihiasi dengan kesia-siaan

Allahu Rabbi...
Sekian tahun ku hidup, sekian tahun pula kesalahan semakin menumpuk
Sekian lama ku di beri kesempatan, sekian tahun juga ku menyia-nyiakannya
Sekian waktu ku menempuh perjalanan, sekian tahun pula ku menelantarkannya

Allahu Rabbi...
Detik ini, ku semakin mengenang jasa mereka
Ibu yang pernah berdoa agar anaknya ini senantiasa memiliki kelebihan dibanding anak-anak yang lain
Ibu yang selalu mendampingi proses belajarku hingga kini berkesempatan untuk kuliah hingga tingkat S2
Ibu yang selalu membimbing agar diri ini semakin tegar menghadapi setiap masalah
Dan Ayah yang senin hingga minggu tak segan untuk bekerja
Ayah yang setiap harinya menasehatiku untuk menjadi manusia bermanfaat
Ayah yang memberikan tanggung jawab kepadaku untuk bisa menjadi contoh yang baik bagi adik-adik
Mereka yang kucintai dan telah berkorban terlalu besar hingga kini
Dan sekian tahun ku hidup belumlah bisa dan tak akan pernah bisa membalas jasa mereka

Allahu Rabbi...
Allahu Rabbi...
Allahu Rabbi...


to be continued

Minggu, 18 Juli 2010

Episode Dua Lusin chapter 3


Duhai waktu, kenapa engkau berlari semakin cepat seakan berada dalam perlombaan maraton.
Tak bisakah kau menungguku sejenak karena aku baru mampu merangkak dan sedang belajar untuk berlari lebih cepat mengejarmu.
Tunggulah aku, meski untuk sejenak atau sepersekian detik.

Hanya tinggal 3 hari usiaku mencapai dua lusin dan pikiran ini selalu saja bertanya pada waktu yang terlalu cepat. Tapi, bukan berarti pikiran ini hanya fokus pada waktu melainkan juga pada banyak hal. Ya Rabbi... kenapa ini....???

Sejauh ini aku mengarungi kehidupan, tapi masih terasa bahwa diri ini masih merangkak untuk menggapai Rabb Pemilik Hati. Aku masih belum bisa berlari, masih terlalu pelan aku berjalan menuju-NYA. Hingga saat ini, aku makin gelisah dengan segala lamunan, segala kesalahan, dan segala impian untuk semakin mendekat dan mendekat. Ya Rabbi... Sungguh aku ingin berlari dengan tempo kecepatan tinggi ke arah -MU melebihi kecepatan siapapun di dunia ini. Aku ingin berbuat lebih banyak lagi untuk benar-benar menggapai cinta-MU, tapi masih saja ku merasa terlalu sedikit yang telah dilakukan hingga detik ini. Makin resah...

Aku masih saja larut dalam segala lamunanku akan masa lalu. Ada yang ingin ku ubah, ada yang ingin kupertahankan. Dasar manusia, memang tak akan pernah puas. Tapi, aku sangat bersyukur akan skenario-NYA hingga detik ini. Hanya saja, sungguh aku merasa iri akan mereka yang memiliki prestasi di jalan Rabbani. Aku iri, mereka sudah bisa melangkah sangat jauh. Sementara aku masih di sini dan sekedar berangan-angan tentang kapan aku bisa sampai pada posisi itu.

Hmmm...
Semakin mendekati waktunya, jantung ini berpacu semakin cepat. Was-was bahkan tergopoh-gopoh untuk sekedar memikirkan berbagai impianku. Menghadapi realita dengan semangat yang ku punya dan dengan tersengal-sengal membangun impian menjadi kenyataan. Semakin hari, semakin banyak ku temukan orang-orang luar biasa mendekati-MU. Dan, aku iri. Mereka dengan usahanya yang maksimal, mampu berlari sejauh itu. Aku jadi semakin banyak belajar dengan rasa iri yang kupunya, tapi kadang kesabaran agak pelit untuk menghampiri diri ini. Bahkan kadang, rasa ini membangun imajinasiku dan membayangkan akan jalan hidup jika masa lalu tak seperti yang di alami. Namun, dalam hati ini jauh aku sadari ALLAH terlampau sayang padaku hingga memberikan skenario yang terbaik menurut-NYA.

Sekarang...
Kemungkinan yang menjadi bagian dari imajinasiku sudah tak mungkin terealisasi, namun bukan berarti aku berhenti untuk bermimpi. Aku masih menyisakan banyak ruang dalam pikiran ini, dalam hati, bahkan segenap kekuatan pada fisik ini untuk siap bertarung dengan realita demi menggapai impian yang telah kubangun. Aku siap bertarung dan menyisihkan waktu jauh lebih banyak dari sebelumnya untuk berjuang sepenuh hati. Dan aku pun siap dengan "ajtahidu fauqa mustawwal akhar"-berjuang di atas rata-rata orang lain-demi mimpi ku untuk selalu dekat dengan-MU.

Ya Rabbi...
Bantu aku...
Beri aku kekuatan, kesabaran, dan keikhlasan untuk menjalaninya.
Jadikan ini jalan yang terbaik dan Kau ridhoi.
Dan berikanlah akhir yang indah dari perjuangan ini.
Ku mohon dengan segala keterbatasan dan kelemahanku.
Amin.

Jumat, 16 Juli 2010

Episode Dua Lusin chapter 2


Entah apa yang berkecamuk di dada ini. Deg-deg-an kah atau bentuk perasaan lain yang tak sanggup terdefinisikan. Mungkin bagi sebagian orang, aku akan dianggap terlalu berlebihan di usia ku yang 5 hari lagi sudah genap dua lusin. Tapi justru, aku merasa jauh berbeda dari sebelum-belumnya. Mendekati dua lusin, impian ku makin tinggi, anganku makin liar, cita-citaku makin tak terkendali. Dan lebih parahnya lagi, aku seakan sedang membangun negeri dalam impianku yang melibatkan banyak orang. Padahal, aku pun sadar impian kita sudah seharusnya diselaraskan agar bisa berjalan beriringan. Hingga akhirnya negeri itu tak hanya jadi mimpiku tapi mimpi kita. Kadang kupikir ini satu bentuk kekacauan, tapi di sisi lain aku menjadikan ini sebagai sisi positif untuk segera kurealisasikan.

Semakin bertambah usiaku, semakin banyak kemauanku. Kupikir wajar selama segalanya realistis dan ada keyakinan serta usaha keras untuk menggapainya yang disertai dengan niat yang lurus. Toh, aku juga manusia yang tak akan berhenti untuk memiliki keinginan. Dan yang aku sadari, hingga detik ini usia ku melekat, aku belajar banyak hal tentang keinginan yang sebagian terkabul, sebagian lagi ditunda, dan sebagian lagi digantikan dengan yang lebih baik. Hal itu terjadi, hingga sampailah aku disini setelah melalui perjalananku yang telah berlalu selama dua lusin tahun.

Aku masih ingat, tentang betapa susahnya mendapat izin untuk berkuliah saat lulus SMA dulu. Bukan tak boleh, hanya saja aku diharuskan untuk masuk perguruan tinggi negeri. Jika tidak, maka tak akan boleh kuliah sama sekali. Saat itu, hanya ketakutan luar biasa yang kurasakan. Terlebih lagi saat aku mencoba share jawaban selama SNMPTN ke salah satu bimbingan belajar tempatku meneguhkan informasi setelah di sekolah. Entah salah dengar atau memang menurut perhitungan di bimbel itu hingga nilaiku tak layak masuk ke perguruan tinggi yang di tuju. Alhasil, cuma air mata yang membasahi tempat tidurku untuk beberapa waktu lamanya. Dan masih teringat juga, saat pengumuman itu keluar di internet. Namaku termasuk dalam deretan calon mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi negeri. Ajaib. Dan kurasakan hangatnya pelukan bunda saat itu.

Aku juga ingat, saat pertama kali menginjakkan kaki di sana. Tak ada satu pun dari teman satu jurusan yang kukenal hingga akhirnya ketika akan mengambil undangan untuk orang tua tanpa sengaja aku bertabrakan dengan seorang gadis seusiaku yang ternyata satu jurusan. Dialah teman pertamaku. Hmmm.... Aku hanya bisa takjub jika mengenang semua yang pernah terjadi hingga detik ini.

Oia, bahkan aku pun ingat saat kelas 5 SD, aku pernah bertengkar dengan salah satu teman laki-laki sampai dia meludahi, menonjok, bahkan menendangku. Alhasil, tak bisa aku menahan tangis dan kabur dari sekolah untuk pulang ke rumah dan mengadu pada mama. Dan keesokan harinya, aku dan temanku dipanggil guru untuk saling bermaafan. Setelah kejadian itu, dia malah lebih baik padaku dan teman-teman yang lain. Padahal, sebelum-belumnya dia adalah orang yang ditakuti di sekolah. Lucunya masa itu.

Hmmm....
Masih saja kurenungi tentang begitu banyaknya episode yang telah kulalui hingga detik ini. Dan masih tak henti-hentinya aku mensyukuri hal itu. Aku sadar, aku jauh lebih beruntung dibanding teman-teman sebaya di rumah. Mereka, tak banyak yang merasakan manisnya pendidikan sepertiku. Hanya beberapa orang yang meneruskan hingga ke tingkat SMA. Setelah itu mereka menikah. Selebihnya, cukup sampai tingkat SMP bahkan SD. Mungkin karena mahalnya pendidikan kala itu yang masih belum menerapkan sistem pendidikan gratis sampai ke tingkat SMP. Dan aku pun seringkali terkejut mendengar pemberitaan tentang teman-teman sebayaku di rumah. Idul Fitri tahun lalu, ada seorang anak kecil datang ke rumahku untuk bersalaman dan sekedar meminta "salam tempel". Aku dan keluargaku bingung dan tak mengenali sama sekali. Hingga akhirnya ada seorang tetanggaku bercerita bahwa anak itu adalah anak temanku yang ternyata telah satu tahun dipenjara dengan suaminya karena terlibat kasus perdagangan narkoba. Dan naasnya aku baru tahu kabar itu. Sungguh, aku merasa egois sekali hingga saat ini yang kurang memperhatikan lingkungan di sekitarku. Lingkungan terdekatku, tetanggaku. Padahal, mereka adalah temanku sejak kecil. Ternyata, banyak sekali yang harus kuevaluasi hingga detik ini. Terlalu banyak bahkan dan mungkin tak habis untuk dihitung dalam waktu semalam.

Hmmm...
Aku pun kembali merenung. Aku hidup dan tinggal serta bersosialisasi di tempat tinggal yang mayoritas dari kalangan yang kurang mampu. Oh bukan, lebih tepatnya pandangan mereka yang jika hari ini bisa makan itu sudah cukup. Memang secara ekonomi, mereka ada yang kekurangan. Tapi kadang aku melihat, bukan kekuarangan secara finansial tapi kekurangan usaha bahkan informasi bahwa menjadi maju itu penting, menjadi baik itu penting, menjadi pribadi yang sholih dan mushlih itu penting, menjadi cerdas itu penting, menjadi tangguh itu penting, dan dekat dengan Tuhan teramat sangat penting. Tapi mereka tak punya itu, mereka tak tahu itu, ada yang tahu tapi seakan menutup mata dan merasa nyaman dengan lingkungannya yang entah sampai kapan. Mereka tidak sadar bahwa mereka tergilas. Terlalu banyak yang harus diberi tahu kepada mereka. Dan aku tak ingin mengeluhkan ketidaktahuan mereka terlalu banyak. Aku sadar, sudah seharusnya aku selaku yang tahu memberi tahu mereka yang tidak tahu.

Telah banyak rencana yang kusiapkan, ada yang segera kurealisasikan, ada juga yang kutunda. Semoga rencana itu dapat terlaksana. Karena aku ingin semakin bermanfaat bagi diriku, keluargaku, lingkunganku, hingga agamaku. Sahabat, kuharap kita bisa saling membantu untuk menegakkan panji islam di bumi yang tak lagi indah ini karena telah terwarnai oleh berbagai tipu daya yang bahkan manusia menikmatinya. Merasa nyaman dengan kondisi saat ini, padahal kita sedang ditindas. Aku ingin melawan semuai ini, aku ingin seperti namaku. Menjadi cahaya kebaikan di manapun aku berada yang senantiasa berbuat baik dan bermanfaat. Tidak saja ketika usiaku telah dua lusin, tapi hingga aku mengakhiri hidup ini.


...to be continued...

Rabu, 14 Juli 2010

Episode Dua Lusin


Entah sudah berapa banyak orang dan tempat yang pernah singgah dalam kehidupan ini. Masing-masing dari mereka memiliki peran tersendiri bahkan beberapanya dijadikan teladan yang mempengaruhi impian bahkan motivasi untuk menjadi lebih baik.

Hmmm...
Luar biasa pikirku...
Merasakan skenario ALLAH hingga detik ini yang sungguh tak pernah bisa kubayangkan sebelumnya. Ada saja cerita yang menurutku kurang logis bahkan untuk sekedar dikarang oleh manusia. Sungguh, aku punya ALLAH yang luar biasa MAHA.

Setiap kita punya cerita dengan alur dan latar yang berbeda-beda. Ceritaku tak berarti ceritamu. Namun, ada cerita yang mempertemukan cerita kita yang akhirnya memperkaya kisah. Dan aku berterima kasih karena ternyata cerita ini menjadi inspirasi dalam hidupku.
Kuharap begitupun denganmu, para sahabat.

Dua lusin, begitu istilah kakak kelasku. Dua lusin sudah usia ini kian menghampiri. Ibarat dua lusin telur yang berkumpul dalam satu wadah, jika ia tak dialas oleh benda seperti kertas yang cukup tebal untuk menahan bebannya, maka telur pun akan pecah atau mungkin minimal retak. Seperti itu juga usia ini, jika ku tak pandai mencari alas yang cukup tebal, dasar yang tak cukup kuat, dan jika iman ini justru goyah, maka retaklah bahkan pecahlah aku di usia ini. Tentu tak ingin aku menghadapi saat seperti itu.

Hmmm...
Beginilah aku yang rupanya telah cukup panjang mengarungi kehidupan ini. Meskipun belumlah sepanjang orangtuaku bahkan kakek-nenekku. Dan semakin bertambah usia ini, semakin bertambah pula kesadaran bahwa aku yang memilih untuk hidup tatkala ALLAH menawarkan itu sejak di rahim sang bunda. Aku telah memilih dan dipilih untuk menjadi salah satu yang mewarnai kehidupan di dunia ini. Pilihan itu menjadi kesempatan yang entah telah berapa banyak telah kulewati hingga akhirnya menjelma menjadi sebuah penyesalan yang berbuah pada pengandaian. Namun, segalanya tak mengurangi kesyukuranku pada-NYA. Toh, kesempatan yang terlewati itu memang sudah lewat tapi setidaknya aku masih diberi kesempatan untuk belajar menghargai kesempatan yang lewat itu. Dan tak sekedar menghargai, tapi juga untuk tak mengulangi untuk kesekian kalinya.


...to be continued...

Selasa, 29 Juni 2010

Perbedaan


Dalam kehidupan sosial, pastinya kita akan bergaul dengan banyak orang, banyak karakter, banyak sifat, banyak keinginan, banyak cita, banyak mimpi, dan banyak sekali perbedaan antara orang yang satu dengan yang lain.

Niscayanya, semakin banyak perbedaan, maka kita akan saling melengkapi satu sama lain. Kekuranganmu akan terlengkapi dengan kelebihanku, begitu pula sebaliknya.
Bahkan citamu terlengkapi dengan citaku.
Contohnya saja jika ada orang-orang yang bercita-cita menjadi dokter, maka akan ada orang-orang pula yang bercita-cita menjadi perawat karena tak mungkin dokter mengerjakan segalanya sendiri.
Semua saling melengkapi satu sama lain.
Tak hanya ada si kaya, tapi juga si miskin.
Tak hanya ada si pintar, tapi juga ada si bodoh.
Tak hanya ada guru, tapi juga ada murid.

Banyaknya perbedaan tak hanya memberikan warna indah di kehidupan ini karena hakikatnya yang dapat saling melengkapi. Ia juga memberikan warna lain, perpecahan.
Karena banyak juga orang yang menilai perbedaan sebagai sebuah ancaman.
Di balik perbedaan, seharusnya ada pemahaman dari masing-masing kita akan keniscayaan perbedaan itu sendiri.
Namun, tak akan banyak orang yang bisa melakukan hal itu.
Dan itu pun menjadi perbedaan.

Sahabatqu, kau dan aku berbeda.
Kita dan mereka berbeda.
Ada perbedaan yang tampak terlihat oleh mata dan terasa oleh hati.
Tapi ada juga perbedaan yang abstrak dan sulit ditebak.
Contohnya saja, perbedaaan kita dalam menyikapi masalah.
Mungkin bagiku, hal yang kau lakukan, tak semestinya kau lakukan.
Tapi diri dan hatimu berbicara lain.
Aku hanya bisa memberikan saran, kau yang memutuskan.
Kuharap perbedaan itu tak menjadikan persaudaraan kita semakin lemah.

Tapi, satu hal yang kuminta.
Jika kau tak mau cerita mengenai masalahmu, aku tak apa dan tak masalah.
Tapi bisakah, kau melihat sekeliling tatkala ada seorang sahabat kita yang lain sedang bersemangat berjuang kembali bersama kita dan kau justru terlihat lemah dengan masalahmu.
Sadarkah, kau membuat kami terpengaruh dengan kelemahanmu dalam mengatasi emosimu menghadapi masalah.
Tapi bisakah, kau tak membuat masalah baru dengan masalah yang tak ingin kau ceritakan pada kami.
Tatkala kami tengah merancang berbagai agenda besar dakwah dan mengikutsertakanmu di dalamnya, kau berkata mundur atau bersikap tak memiliki semangat atau mungkin bahkan sedang goyang dengan masalahmu.

Sahabatqu, adanya aku, kamu, dia, dan kita semua dalam wadah yang kita definisikan sebagai ukhuwah ini adalah untuk saling menguatkan bukan melemahkan.
Segala keputusan memang ada di tanganmu, tapi hiasilah ia dengan kebijaksanaanmu.
Jika saja kau tahu, adanya perbedaan kita yang disikapi dengan saling melengkapi satu sama lain bisa menguatkan sahabat kita yang lain.
Mereka kuat dan mereka kembali berjuang bersama.
Lalu kau mulai melemah dengan masalahmu yang kami tak tahu apa itu.
Tak bisakah kau buktikan kau kuat.
Kau berbeda dengan ku dan kami.
Tapi kami yakin kau kuat.

Ukhuwah ini memang dihiasi oleh indahnya keragaman karakter kita masing-masing.
Bukan memecahkan tapi mempersatukan.
Tak hanya mempersatukan kita tapi juga yang lain agar bisa berjuang bersama kita di jalan ini.
Setidaknya kehadiran kita bisa menguatkan yang lain, dan perlahan mereka pun bisa menguatkan kita.
Asal kita bersedia membuka mata dan hati menerima perbedaan yang menghiasi ukhuwah kita ini.

Rabu, 23 Juni 2010

catatan


Catatan itu penuh dengan emosi kemarahan, kesedihan, kekecewaan
Namun, catatan itu juga yang mengungkapkan kebahagiaan, tawa, kepuasan, keberhasilan, dan berbagai luapan emosi lainnya...

Ya...
Di catatan itulah masing-masing dari kita menggoreskan berbagai kisah yang penuh dengan luapan emosi.
Mungkin kau tak menorehkannya dalam bentuk konkrit, tapi kau telah mengukirnya menjadi cerita bagi orang lain yang terbiasa untuk mendokumentasikan segala hal yang dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Ya...
Di catatan itu penuh dengan kisah dari berbagai nama yang telah kita torehkan satu per satu.
Namun, seiring berjalannya waktu pulalah, satu demi satu dari nama-nama itu pergi dari catatan kita dan mungkin memulai catatan baru bagi dirinya atau menumpang pada catatan orang lain.

Ya...
Di catatan itu, ku torehkan segalanya hingga sewaktu-waktu dapat ku kenang.
Sekedar mengingatkan akan episode masa lalu dan menghargainya sebagai sebuah pelajaran yang tak akan terjadi dua kali.
Saat kutorehkan, emosi itu menumpuk.
Tapi selang beberapa lama, bibirku hanya bisa mengukir senyum membaca setiap lembarnya.
Mungkin kau pun begitu.
Dan bagi kau dan aku, mungkin tak akan pernah menyangka betapa luar biasanya skenario ALLAH.

Ya...
Di catatan itu, kau akan merasa banyak melakukan "hal bodoh".
Begitu banyak hal yang menurutmu tak seharusnya dilakukan.
Pun aku.
Tapi sungguh, dari "kebodohan" itu lahirlah kita saat ini yang jauh lebih cerdas dari masa itu.
Kau akan menikmati setiap proses melalui ukiran tulisan yang pernah kau goreskan.
Kau tak akan pernah menduga.

Ya...
Catatan itu telah menjadi sebuah kitab pelajaran penting bagimu dan aku.
Begitu banyak masalah dan solusi yang terungkap.
Hingga akhirnya semua terdokumentasikan menjadi pelajaran hidup yang tak akan kau dapatkan di buku pelajaran manapun.
Karena kitab yang kau pegang saat ini adalah kitab tentang dirimu sendiri hingga tak ada yang memiliki kitab yang sama sepertimu.

Ya...
Di catatan itulah terungkap diri kita yang sebenarnya.
Yang tak ada satu orang pun tahu tentang itu.
Catatan itu yang menjadi cermin selama betahun-tahun.
Mungkin usianya tak akan abadi, namun setidaknya kau telah mengabdi.
Mengabdi untuk bisa merekam pelajaran penting yang terekspresikan pada kesedihan, kemarahan, kekecewaan, kebahagiaan, tawa, keberhasilan yang telah kau rasakan sebelumnya.

Catatan itu hanya kita sendiri dan ALLAH yang tahu.

Rabu, 16 Juni 2010

Ulasan Cinta


Bicara tentang cinta, pasti semua punya cerita.
Bahkan terlalu banyak orang yang memiliki segudang cerita tentang cinta.
Dari jatuh cintanya yang pertama hingga kesekian.
Hingga akhirnya ku berkesimpulan.
Begitu mudahnya kita jatuh cinta.

Hati itu cuma satu, tapi sepertinya punya banyak tempat yang siap diberikan untuk orang-orang yang spesial dan memiliki kesan tersendiri dalam hidup kita.
Jadi, sungguh aneh jika ada orang yang mengatakan dia hanya mencintai satu orang saja. Padahal hati punya banyak tempat untuk Rabb-nya, keluarganya, sahabatnya, hingga dirinya sendiri. Jadi jangan berdusta kawan dengan mengatakan cintamu hanya untuk seorang saja.

Bicara tentang cinta, menjadi satu hal yang sensitif sebenarnya.
Namun, tiba-tiba saja aku tergugah untuk mengulasnya.
Kadang bingung dengan begitu banyak cerita mengenai cinta yang penuh dengan kontradiktif.
Di satu sisi, ada begitu banyak orang dengan mudahnya mengatakan cinta.
Di satu sisi, ada sebagian orang lagi yang sulit mengutarakan cinta.
Bahkan, ada lagi kelompok orang yang mengingkari bahwa dia jatuh cinta.
Jadi, lagi-lagi aku berkesimpulan.
Banyak orang bingung dengan cintanya, hingga pengungkapannya pun dilakukan dengan berbagai cara.

Cinta... Cinta...
Para remaja mendefinisikannya dengan pacaran.
Sedikit bertambahnya usia, cinta didefinisikan dengan bertunangan.
Tak selang beberapa waktu, definisi cinta berubah menjadi pernikahan.
Apa itu definisi cinta sebenarnya???

Cinta... Cinta...
Hingga Ibnu Qayim membagi definisinya menjadi lebih dari 50 nama.
Tak ada yang tahu pasti mengenai makna pastinya.
Karena konon katanya, cinta itu dirasa dan tanpa definisi.
Cintamu tak berarti cintaku.

Cinta... Cinta...
Hingga penulis buku mengulasnya menjadi sebuah serial dan novel.
Penulis skenario membahasnya dalam sebuah film drama.
Penulis lirik menjadikannya melodi menghanyutkan.
Dan semua mendefinisikan cinta dengan berbeda.
Karena, lagi-lagi konon katanya cinta itu tanpa definisi.
Sehingga tergelitik pertanyaan, apakah mereka sedang jatuh cinta tatkala menulis tentang cinta?
Entahlah.

Berbicara tentang cinta, mengingatkanku akan sebuah lirik nasyid akan cinta manusia.
"Kasih manusia sering bermusim. Sayang manusia tiada abadi. Kasih Tuhan tiada bertepi. Sayang Tuhan janjinya pasti"
Dan, lagi lagi aku berkesimpulan cinta sempurna itu bukan milik manusia.
Karena ternyata kita tak akan mampu setia akan cinta.
Selalu saja berubah-ubah.
Tapi, apakah cinta kita pada-NYA juga berubah-ubah.
Hanya kau yang bisa menjawabnya untuk dirimu sendiri.
Pun aku.

Berbicara tentang cinta, membuatku kembali bertanya dengan seseorang yang bisa mencintai beberapa orang dalam konteks sebagai pasangan.
Bagaimana bisa mereka punya cinta seperti itu???
Adakah itu bentuk cinta dan kesetiaan atau hanya sekedar perjalanan mencari kepastian.
Menganggap sebagai sebuah permainan atau keseriusan jangka panjang.
Entahlah.

Berbicara tentang cinta, lagi-lagi aku bertanya pada orang-orang yang memberikan sinyal cinta.
Mengapa hanya sebuah sinyal yang mereka berikan?
Mengapa bukan langkah konkrit yang mereka lakukan?
Adakah karena takut akan penolakan dari cinta yang bertepuk sebelah tangan?
Lagi-lagi, aku hanya bisa menjawab "Entahlah"

Berbicara tentang cinta, aku melihat begitu banyak cara mengungkapkannya.
Bahkan marah pun menjadi bentuk ungkapan cinta.
Kecewa juga menjadi bentuk cinta.
Hingga akhirnya aku bingung dengan semua ungkapan cinta.

Cintamu tak berarti cintaku.
Cinta tanpa definisi.
Hanya masing-masing dari kita yang bisa memberikan nama pada cinta.
Bukan untuk cinta orang lain, tapi untuk cinta kita sendiri.
Karena nama cinta pada masing-masing kita berbeda.

Cinta... Cinta...
Kau Membuatku banyak bertanya...

Jumat, 11 Juni 2010

Mungkin Memang Begini Seharusnya

mungkin memang begini seharusnya
ku tak perlu lagi bertanya
harus puas dengan segala yang terjadi meski itu tak senada dengan harapan
karena bisa jadi, memang inilah yang pantas untuk kutuai

mungkin memang begini seharusnya
dan tak perlu ku berbicara lagi sekedar untuk berteori kembali
biar saja semuanya terjadi dan mengalir
karena bisa jadi, inilah yang pantas untuk kuraih

mungkin memang begini seharusnya
meskipun negatif, disikapi saja dengan positif
jika tak bisa, anggap saja semuanya sebagai "biarlah"
agar lebih merasa pasrah dan tak perlu merasa sakit

mungkin memang begini seharusnya
memang terkesan putus asa, tapi memang tak bisa lagi berbuat apa
nikmati dan pandangi saja
inilah realita yang sesungguhnya

mungkin memang begini seharusnya
daripada ku banyak berbicara, sakit mereka akan mulai terasa
alhasil, hanya menambah tumpukan dosa
jadi nikmati saja

mungkin memang begini seharusnya
diamku akan membuat yang lain bahagia
bicaraqu hanya semakin menambah beban kesedihan orang lain
jadi, biarkan saja dan nikmati saja

mungkin memang begini seharusnya...

Senandung

Berpacu dengan masa, diburu waktu.
Terkadang menyikapi segalanya terburu-buru.
Adakah mimpi itu memang untukqu.
Atau hanya sekedar angan semu.

Senandung...
Hatiqu nan selalu bersenandung...
Senandung doa dan harapan nan selalu bergemuruh.
Kau tak akan pernah bisa mendengarnya.
Bahkan tatkala gemuruh itu amat dahsyat.

Senandung...
Hatiqu nan selalu bersenandung...
Bahkan masalah, kesedihan, kekecewaan serta kebahagiaan menjadi bagian dari senandungqu.
Kau hanya akan melihatqu diam.
Meski senandung itu sedang berirama keras dan menghentakkan hatiqu.
Kau tidak akan pernah bisa mendengarnya dan tak akan quizinkan untuk mendengarnya.

Ini rahasia...
Rahasia aqu n RABB-qu...

Selasa, 08 Juni 2010

Jika Boleh Berpendapat


Terkadang bingung dengan orang-orang yang tak setuju jika negara kita menolong Palestina.
Bahkan terkadang ada saja hujatan yang terlontar melalui lisan atau tulisan.
Terkadang bingung dengan mereka dan ingin sekali bertanya.
Pernahkah mereka memposisikan diri sebagai pejuang Palestina?
Pernahkah mereka berpikir apa yang akan mereka lakukan jika apa yang menimpa Palestina justru menimpa mereka?
Pernahkah mereka membayangkan akan apa yang mereka perlukan dari orang-orang di dunia ini untuk mendukung perjuangan yang belum pernah mereka rasakan?

Mereka berkata dan berhujat jika melihat aksi kami di jalanan.
Tak ikhlas dan luapan kemarahan pun tak luput mereka lontarkan.
Mereka pun berkata jika aksi kami hanya membuat macet jalanan dan sungguh tidak konkrit.
Lalu mereka pun berpendapat jika lebih baik negara ini dulu yang diurus daripada harus memikirkan negara orang lain.
Sungguh aku takut jika semua menjadi karma dan pada akhirnya apa yang menimpa bumi Palestina menimpa negara kami, Indonesia.

Jika mereka memiliki perjuangan yang lebih konkrit, kenapa tak diutarakan, kenapa hanya bisa berhujat dan memaki.
Jika memang harus mengurus negara ini dulu, lalu bagaimana kalau negara ini adalah negara mereka Palestina.
Adakah jika kita berada di posisi mereka lalu bisa mengatakan, "lebih baik kalian mengurusi negara kalian saja dan tak perlu mengurus kami atau mendukung kami".
Bagaimana jika negara lain berkata begitu???
Apa itu yang kita harapkan???

Sungguh sangat bingung.
Ketika setiap belahan dunia telah membuka matanya akan kebiadaban bangsa syaithan, tapi masih saja ada orang-orang yang menutup mata bahkan telinga hingga ke hatinya.
Mereka bilang ini tentang agama.
Memang, tapi yang lebih besar lagi adalah...
Ini semua tentang kemanusiaan.
Setiap agama pasti belajar tentang kemanusiaan dan kepedulian terhadap semua itu khan?!
Atau memang aku saja yang kurang tahu tentang apa yang mereka pelajari.

Sekali lagi, sungguh aku bingung.
Kenapa harus lahir sikap demikian terhadap apa yang terjadi di Palestina.
Kenapa harus berhujat, kenapa harus marah, kenapa harus mencela kami yang peduli pada Palestina.
Jika memang mereka merasa kami kurang konkrit, bukankah selalu ada jalan untuk diskusi agar lahir solusi yang jauh lebih solutif.

Sahabatqu...
Adakah kalian masih bersikap demikian?
Adakah kalian berada di antara deretan orang-orang yang berpikiran seperti di atas?
Kita bisa berbagi agar tak ada hujatan yang terlontar di sana-sini.
Kita bisa diskusi agar usaha kita selalu diridhoi ILLAHI.
Kita bisa membantu mereka dengan berbagai cara dan sebenarnya itu pun bisa membantu negara kita juga.

Karena...
Jika kita menolong agama ALLAH, maka ALLAH akan menolong dan meneguhkan kedudukan kita.
Dan semua ini adalah tentang agama dan kemanusiaan.

Senin, 07 Juni 2010

Kebahagiaan???!!!

Kadang kau harus terjatuh.
Untuk merasakan artinya bangkit.

Kadang kau harus menangis.
Untuk memahami kebahagiaan.

Kadang kau harus merana.
Untuk bisa memaknai syukur.
Itulah kehidupan.

Kau akan sulit mengerti bagaimana kondisi orang lain, ketika kau tak berusaha untuk berempati atau mengalami kondisi yang serupa.
Kau akan semakin memahami dan bersyukur tatkala kau merasakan bagaimana rasanya berada di dasar keterpurukan dan bangkit dari penderitaan untuk mengenyam kebahagiaan.

Kebahagiaan yang tak hanya milik pribadi tapi juga orang lain berhak untuk merasakannya
Kebahagiaan yang tak hanya berbicara mengenai materi atau segala hal yang berbau duniawi.

Tapi lebih dari sekedar itu, kebahagiaan yang berbicara tentang kebahagiaan bersama di satu negeri setelah kita meninggalkan dunia ini.
Setelah kita selesai menjalani proses demi proses pertanggungjawaban terhadap segala perbuatan kala hidup masih dinikmati.

Kamis, 20 Mei 2010

Serba Salah

Manusia tak pernah puas, tak pernah cukup, tak sadar jika tak bersyukur.
Ketika sudah sampai pada titik tertentu, dia kan meminta untuk sampai kepada titik yang lebih tinggi lagi.
Tak heran jika ada orang seperti Kurt Cobain yang akhirnya mati bunuh diri karena merasa tak ada lagi yang harus dia cari.
Karena dunia telah menjadi miliknya, tapi mungkin surga menolaknya. Wallahu'alam.

Namun, kenapa semua ujung kesuksesan harus diukur dengan seberapa banyak harta yang telah kita raih, pangkat yang kita capai, pendidikan yang kita jalani???
Tak adakah tujuan yang lebih indah dari itu semua?
Mengapa semua itu harus dijadikan tujuan utama?
Mengenyam pendidikan yang super tinggi dari yang lain menjadi kebanggan tersendiri dan bisa mengangkat gengsi, tapi seakan menutup mata ke arah mana pendidikan itu dimanfaatkan.
Menikah dengan seorang berprofesi yang cukup menghasilkan serta berparas baik pun dianggap mengangkat gengsi keluarga, tapi mereka menutup mata akan akhlaknya.
Pekerjaan dengan jabatan yang tinggi serta gaji atau pendapatan yang besar dijadikan kesuksesan yang tiada banding, tanpa pernah mencoba untuk sadar bahwa pekerjaan yang diemban hanya menciptakan pembodohan bagi umat.

Itukah yang dicari?
Dunia semata?
Kesemuan semata?
Harta, tahta, jabatan, dan gengsi semata?

Ya Rabb...
Berat hidup di lingkungan yang penuh dengan kepalsuan, kesemuan, dan angan yang hanya sampai pada dunia.
Penuh dengan tuntutan untuk sampai ke jenjang yang lebih tinggi tanpa mementingkan banyak hal yang harus dipertanggungjawabkan setelah kematian.
Dihiasi dengan berbagai bayangan tentang indahnya dunia tapi melupakan akhirat.
Sungguh, perjalanan ini berat.
Namun, dengan adanya semua ini pun, muncul kekuatan dan keberanian.

Kekuatan untuk memberikan pencerdasan.
Keberanian untuk mendobrak pembodohan.
Keyakinan untuk selalu bergerak dan bergerak untuk merubah segal hal yang penuh dengan kezaliman.

Namun, terkadang...
Niat baik tak selalu sampai dan diterima dengan baik.
Salah paham biasa mewarnai segalanya.
Entah komunikasi yang kurang atau usaha yang tak pernah dilakukan.
Hingga akhirnya serba salah untuk menghadapi berbagai masalah, berbagai tuntutan, dan berbagai tekanan.

Miris yang hanya bisa terealisasi dengan senyum sinis menatap semua yang dikira manis padahal hanya akan menyebabkan tangis.
Miris melihat kesuksesan yang hanya dipandang melalui pencapaian dunia yang semua orang sadar bahwa tak selamanya kita di dunia.
Miris memandang diri yang masih belum bisa membuat perubahan yang besar terhadap segala permasalahan yang terjadi.

Hingga hanya bisa serba salah...

Selasa, 18 Mei 2010

Untukmu 2004


Izinkan ku bercerita sedikit tentang manisnya ukhuwah.
Ukhuwah ini terjalin ketika SMA, lebih tepatnya ketika aku mulai berkecimpung di organisasi yang bernama Seksi Rohani Islam.
Sebenarnya aku bukan orang yang ahli dalam berorganisasi dan hanya sekedar ingin ikut saja kala itu.
Akhirnya disanalah tempat aku dipertemukan dengan mereka.
Pertemuan yang tidak bisa dibilang cukup manis.
Karena pada fase ukhuwah kami saat SMA, bisa dikatakan buruk.

Tersinggung, bertengkar, or salah paham serta sakit hati mewarnai fase bagaimana kami bisa saling memahami hingga kini.
Karena seringnya salah paham yang diakibatkan oleh salah ucap, alhasil kami sangat sering bermain surat-suratan jika ingin berbicara agar tak ada yang tersinggung.
Childish... Sangat!!!
Tapi itulah jalan yang kami tempuh saat itu.

Karena teramat sering terjadi salah paham, saat itu akupun memutuskan untuk keluar dari organisasi tersebut.
Jujur, masalah di organisasi itu membuatku drop di segala bidang bahkan menimbulkan berbagai masalah baru.
Mulai dari akademik yang menurun, kesehatan yang makin tidak baik, stress yang cukup berkepanjangan, belum lagi menimbulkan masalah di keluarga.
Labil, salah satu faktor yang membuatku salah dalam menghadapi masalah bahkan memutuskan untuk menghindar.
Kusesali tapi juga kusyukuri.
Kusesali karena dengan keluarnya aku saat itu, banyak moment yang telah kulewatkan bersama mereka.
Kusyukuri karena masalah itu membuatku belajar untuk tegar, kuat dan tidak sembarangan lagi dalam mengambil keputusan.
Dan yang paling penting, aku belajar tentang ukhuwah meskipun dengan cara yang sedikit "aneh".

Masalah itu terselesaikan dengan cara melupakan tanpa dibicarakan.
Dan itu langkah yang salah menurutku kini, karena ternyata semuanya tak benar-benar selesai.
Namun, saat itu memang terselesaikan dengan meninggalkan beribu pertanyaan dan sedikit protes.
Dan menjadi pelajaran yang teramat berharga sekali.

Dan setelah masalah itu selesai pada menjelang ujian akhir, kami pun mulai berpencar setelah SMA meskipun tak beranjak dari Jakarta.
Komunikasi masih berjalan meskipun tak sering dan tak intens.

Itulah ajaibnya ukhuwah.
Setelah beberapa tahun kami menapaki fase kuliah di perguruan tinggi masing-masing (khusus akhwatnya nyaris semua di universitas yang sama dengan gelar yang sama), tiba-tiba kami dipanggil untuk kembali ke sekolah karena ada beberapa masalah di sana.
Alhasil, meskipun tidak secara sekaligus kembali ke sekolah, satu demi satu personel 2004 yang dulu sering bertengkar dan salah paham mulai merambah lagi ke dakwah sekolah.
Posisinya pun masing-masing, ada yang satu divisi ada juga yang tidak.

Sekali lagi itulah ajaibnya ukhuwah.
Angkatan kami yang dulu sering salah paham dan bikin susah karena sering bertengkar, tiba-tiba kembali ke sekolah dengan komposisi yang jauh lebih banyak dibanding angkatan lain.
Bahkan rasa iri pun terlontar dari lisan mereka akan kompaknya angkatan kami.
Entah bagaimana bisa kami menjadi seperti itu, hanya satu yang kami tahu.
Semua karena kuasa ALLAH.

Kini, kami pun masih terlibat aktif di dakwah sekolah yang belum tahu sampai kapan kami akan lengser.
Namun, kekuatan perlahan kami pupuk.
Kekompakkan, perlahan kami bangun.
Dan kasih sayang perlahan kami tumbuhkan bersama sebagai saudara.
Berharap perjalanan ukhuwah kami bisa menjadi pelajaran bagi yang lain.

Senin, 17 Mei 2010

Saat ALLAH Menjawab DoaQu


Dan ALLAH-lah tempat meminta yang satu-satunya...
The Only One...

Itulah yang kupelajari saat ini.
Sedikit pengalaman dari berjuta pengalaman.

Kemarin, menjelang pengumuman...
Jujur, sangat merasa pesimis mengingat ketika ujian agak kurang beres dalam mengerjakan.
Apalagi tes bahasa inggris. Bener2 harus ambil kursus untuk yang satu itu.
Ketika selesai ujian, banyak orang menanyakan...
"Gimana Nurul ujiannya?", "Kira-kira gimana hasilnya?", "Wuih hebat yang mau S2", dan berbagai komentar lain yang tak bisa kujawab dengan jawaban positif.
Hanya bisa senyum dan mengatakan bahwasannya ketika ujian sempat kehabisan waktu dan masih banyak soal yang belum dikerjakan. Otomatis, asal-asalan adalah hal yang dilakukan saat itu. Pasrah. Fiuh. Bahkan setelah ujian, langsung terasa lapar sangat karena susah banget.

Ya begitulah.
Namun, akhirnya terpikirlah sebuah cara agar hati kian tenang menghadapi ujian saat itu bahkan untuk menanti sebuah pengumuman. Dan akhirnya menjadi sebuah habit bahkan candu.
DOA...
Itulah yang kulakukan dan kuminta dari setiap orang yang kukenal.
Mungkin, ada orang yang menganggap agak sombong dengan mengumumkan bahwasannya aku akan melajutkan tingkat pendidikan.
Namun, aku hanya minta doa dan tak peduli dengan setiap orang yang berpikir dan berbicara seperti itu.
Kuanggap, itu semua mennjadi doa terselubung.

Jadi teringat dengan sebuah kisah di film Para Pencari Tuhan pada adegan Pak RW yang meminta doa dari Aya. Sedikit terinspirasi dari sana juga sebenarnya.
Dan hikmah dari semuanya, adalah satu tempat kita meminta.
ALLAH.

Mungkin saat kita meminta satu hal, kita belum tahu hal itu terbaik atau bukan.
Namun, menjelang ujian dan pengumuman aku berharap bahwa keputusan ini benar-benar menjadi yang terbaik bagiku, keluarga, sahabat, umat, dan agamaku.
Proses pelurusan niat yang selalu diperbaharui pun terus dilakukan hingga saat ini. Saat pengumuman telah dikeluarkan.

Sekali lagi, ALLAH saja satu-satunya tempat meminta.
Disertai dengan niat yang selalu diperbaharui, doa dari para sahabat dan keluarga, serta usaha kita serta kepasrahan akan segala keputusan yang ditetapkan-NYA.
Dan akhirnya, alhamdulillah aku diterima.
Namun, semua itu tak berhenti membuatku berdoa.
Semoga ini menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi umat serta menunjukkan eksistensi islam yang tak bisa diremehkan dengan mudah.
Karena ALLAH punya prajurit yang tak sekedar prajurit.
Namun, lebih dari itu.
ALLAH punya begitu banyak prajurit berkualitas yang siap berkorban untuk kejayaan islam, dan aku ingin menjadi salah satunya, namun tak ingin menjadi satu-satunya.
Karena itu, aku sadar bahwasannya ilmu yang kuperoleh harus bermanfaat meskipun bukan dalam pekerjaan formal.
Bermanfaat bagi umat hingga mereka pun turut dalam barisan ini.

Hmmm...
Begitu banyak cita dan asa yang ingin kuraih.
Namun, tak ingin kuraih semuanya sendiri.
Jika aku bahagia di jalan ini, maka akupun ingin mengajak orang lain juga untuk turut serta bahagia dengan ada di barisan ini.
Bersatu dalam cinta-MU...
Ya RABB...

Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
Ketika ALLAH selalu memberikan yang terbaik dan mengabulkan doa hambanya ketika ketulusan menyertai...

Jumat, 14 Mei 2010

Embel-Embel Duniawi


Pernahkah merasa diri kita dilihat bukan sebagai layaknya karakter yang dimiliki?
Namun, dilihat dai siapa orangtua kita, level pendidikan, tingkat pekerjaan, atau embel-embel dunia yang lain?
Merasa nyamankah dengan hal yang sepeeti itu?
Pastinya tidak, namun kadang tanpa disadari kita pun melakukannya terhadap orang lain...

Hmmm...
Rasa kurang nyaman itu sering hadir sebenarnya setiap kita mulai berhadapan dengan orang lain.
Bahkan embel-embel duniawi itupun mau tidak mau dan kadang dengan terpaksa mempengaruhi pola pergaulan.
Dari mana kita, maka di situlah kita bergaul sesuai dan selaras dengan embel-embel yang dimiliki.
Sungguh sangat aneh, ketika dihadapan ALLAH semua manusia adalah sama, tapi kenapa justru di mata manusia yang hanya makhluk kecil tak berdaya, semuanya justru tak sama...
Karena pengaruh embel-embel duniawi tadi.

Maka dari itu, kadang kita merasa kurang nyaman atau mungkin minder untuk berhadapan dengan orang yang kita pikir memiliki "kelebihan" dalam segi duniawi.
Namun, kita merendahkan mereka yang "kekurangan".
Betapa tidak adilnya kita sebagai manusia, namun harus siap dengan keadilan yang telah ALLAH siapkan dan mungkin diberikan di dunia atau di dunia setelah di dunia.

Terkadang pula, kita ingin diperlakukan sesuai dengan embel-embel duniawi yang kita miliki, meski itu semu.
Namun, adakalany kita lebih ingin diperlakukan sebagaimana kita dengan segala karakter yang dimiliki.
Manusia memang tak kunjung puas.
Selalu merasa kekurangan, tapi tak pernah menyadari jika telah berlebihan bahkan dianggapnya masih sangat kurang.
Syukur rasanya jauh sekali dan hanya bagi mereka yang terpilih.

Jadi, harus bagaimana bersikap dengan orang lain?
Menurutku, pastinya kita tak bisa menghindari bersikap sesuai dengan embel-embel yang dimiliki.
Misalnya saja, jika kita bertemu dengan orang yang lebih tua secara usia, maka kita harus menghormatinya.
Jika kita bertemu orang yang lebih baik ilmunya, maka kita pun harus lebih bersikap layaknya seorang murid terhadap gurunya.
Jika kita bertemu dengan orang yang memiliki kekurangan, maka rasa kasihan dan menolong pun pasti akan tampak dan direalisasikan.
Mau, tak mau; suka, tak suka; embel-embel duniawi memang tak penting tapi pasti berlaku...
Kelebihan dan Kekurangan dalam diri setiap orang menjadi bukti kekuasaan ALLAH.
Menjadi kesempatan bagi kita untuk berjuang lebih maksimal dan menolong lebih maksimal.
Namun, bukan berarti menghalau kita untuk bisa bergaul dengan mereka dan sama-sama berbuat kebaikan dan berlomba dalam kebaikan.
Tak boleh ada kata "minder", tak boleh ada kata "jiper", tak boleh ada kata "tak percaya diri".
Karena kita bisa belajar dari setiap episode kehidupan manusia.
Belajar dan termotivasi untuk memberikan lebih banyak dan mendapatkan lebih banyak.
Dan semua untuk kebaikan dan kejayaan dienul islam.
Dan semua karena rasa cinta yang kita miliki kepada RABB Sang Pemegang Otoritas.
Hingga mengalir cinta itu untuk sesama...

Sabtu, 01 Mei 2010

saudariku,,,,yang sedang dalam masa penantiannya....


ijnkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini...
jika menurut teman-teman, baik...maka ambillah...
dan jika menurut teman-teman, buruk...maka tinggalkanlah....


saudariku...muslimah...

wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan


wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah…
begitu berkilau...
begitu menentramkan...

teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya....tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….

sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

(QS. Al-Furqoon:74)


hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah...yang dapat memetiknya...
yang dapat meraih pesonanya...
dengan harga mahal yang teramat suci…
sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…

karena itu…sebelum saatmu tiba….sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam…dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya….
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta...




Ya…atas nama cinta…

Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta
Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…

Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…

Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….

Ya saudariku….ukhty fillah…

Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…



Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya
Cinta begitu dasyat pengaruhnya…jika engkau tau…
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…

Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….

jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu...

Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu...
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan...

Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…



Saudariku…. tentunya sudah mengerti dan paham...
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta...
jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu...
jika ia dekat...kita merasa sakit...karena takut kehilangan....

padahal...ia belum halal untukmu...dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal...

karena itu...jauhilah ia...
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu....dan kemudian mengusik hatimu...
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta...


maka...bayangkanlah keadaan ini...tentang suamimu kelak...

maka...bayangkanlah keadaan ini...tentang suamimu kelak.

sahabatku...
sukakah engkau..??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau..???

sukakah engkau..??
bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab...tertawa riang...becanda...
saling menatap...
saling menggoda...
saling mencubit...
saling memandang dengan sangat...
saling menyentuh...???
dan bahkan lebih dari itu...??

sukakah engkau saudariku...??

sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau...??
sukakah engkau...??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya...??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana...apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu...??

tidak cemburukah engkau temanku..??
bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain...atau bahkan segerombolan gadis lain..?
suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis..
suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra...
suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis... yang berkata..."aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu..."

tidak cemburukah...?? tidak cemburukah...?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh......???


tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan...
bercengkrama..
bercerita tentang masa depannya...
dengan gadis lain yang bukan engkau...???

sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut...??
menangis untuk gadis tersebut...??
dan berkata dengan hati hancur..."aku sangat mencintamu...aku sangat mencintaimu...???"
tidak patah hatikah engkau...???
sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain.."tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau...??"
menyebut gadis tersebut dalam doanya...
memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya...

dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya...dan bukan gadis tersebut...??



jika engkau tidak suka akan hal itu...
jika engkau merasa cemburu....
maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)...

dan...Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu....
Allah lebih cemburu...saudariku...
melihat engkau sendirian...namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut....


saudariku....kalian percaya takdir bukan..?
saudariku....kalian percaya takdir bukan..?

apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama...
maka...
sejauh apapun mereka...
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi...
sebesar apapun beda diantara mereka...
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya...

meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya...
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya...
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa...

PASTI tetap saja mereka akan bersatu....
seakan ada magnet yang menarik mereka...
akan ada hal yang datang...untuk menyatukan mereka berdua....
akan ada suatu kejadian...yang membuat mereka saling mendekat...dan akhirnya bersatu...




namun...

apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh...
maka...
sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat...
sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya...
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua...
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya...
sedekat apapun...

PASTI...akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh...
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok...
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik....
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu...

bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan...



namun...yang perlu dicatat disini adalah...
yakinlah...bahwa yang diberikan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang digariskan oleh Allah...
yakinlah...bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah...yang terbaik untuk kita....
adalah....yang paling sesuai untuk kita...
adalah...yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,

karena Dialah...yang paling mengerti kita...lebih dari kita sendiri...
Dialah...yang paling menyayangi kita...
Dialah...yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita...
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya...dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita...

dan....yang perlu kita catat juga adalah...
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN...ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA....NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA...KITA PANTAS...KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT...
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK...SAUDARIKU....
LEBIH BAIK....

meskipun saat ini...mata manusia kita tidak memahaminya...
meskipun saat itu...perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata...
meskipun saat itu...otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk....

Tidak...jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk....bahwa engkau tidak pantas....
karena kelak...engkau akan menyadarinya...
engkau akan menyadarinya perlahan...bahwa apa yang telah hilang darimu....bahwa apa yang tidak engkau dapatkan....bukanlah yang terbaik untukmu...bukanlah yang pantas untukmu...bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu....



karena itu...saudariku...
jangan mubazirkan perasaanmu...air matamu...
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan...
jangan kau umbar semua kekuranganmu...jangan kau ceritakan semuanya...
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya...jika engkau mencintainya...
karena belum tentu dia adalah jodohmu...
pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok...
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian...

maka...memohonlah padaNya...
mintalah padanya diberikan petunjuk...dan dijauhkan dari segala godaan yang ada...
karena...cinta sebelum pernikahan...pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat...


apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???

kemudian saudariku….
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang banyak yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya banyak temen laki-laki….”
“hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal milih…?”

Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…

Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki

sama sekali tidak...
karena jika wanita yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya...
karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati...
jadi...jagalah dirimu...hatimu...kehormatanmu...sebelum saatnya tiba...

perbanyak bekalmu...dan doamu...
yakinlah...bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu...
amien...



*Ya Allah...karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh...
yang menjaga dirinya...
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya...
yang senantiasa memperbaiki dirinya...
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah...
yang baik akhlaknya...
yang menerima kami apa adanya...
yang membimbing kami dengan lemah lembut...
yang akan membawa kami menuju JannahMu Ya Rabb...

kabulkan ya Allah...
amien...
dan segerakanlah...karena hati kami teramat lemah...dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat...

Kamis, 29 April 2010

Aku Ingin Mencintai-MU

TUHAN betapa aku malu
Atas semua yang KAU beri
Padahal diriku terlalu sering membuat-MU kecewa
Entah mungkin karenaku terlena
Sementara ENGKAU beri aku kesempatan berulang kali agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia untuk menghambakan-MU
Betapa tak ada apa-apanya aku di hadapan-MU

Aku ingin mencintai-MU setulusnya
Sebenar-benar aku cinta
Dalam doa, dalam ucapan, dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekati-MU selamanya
Sehina apapun diriku
Ku berharap untuk bertemu dengan-MU
Ya RABBI…

Rabu, 28 April 2010

miris-tekanan-dilema


fiuh....
kadang kelelahan itu menyergap...
dalam... senyap... sumpek...
kelelahan yang muncul karena tekanan yang bertubi
tak hanya satu, namun tak sampai seribu
tapi cukup berat untuk dilalui
namun tetap harus dilewati, diselesaikan, dan dipahami sebagai makna hidup yang berarti

di tengah kelelahan, dilema muncul tak diundang
miris melihat gab antara harapan dan realita
tak mampu menanggungnya sendiri, akhirnya hanya berakibat dilema
masih miris, tapi seakan tak bisa berbuat apa-apa
harus apa, harus bagaimana, tak ada jawaban
akhirnya hanya muncul berbagai dugaan
dugaan yang melahirkan tekanan...

terus berputar di tengah dilema, tekanan, dan ke-miris-an
antara harapan dan kenyataan
antara yang telah diperoleh namun belum bisa diterapkan
antara yang diberikan namun tak dapat diterima
dan semua hanya bisa melahirkan berbagai pertanyaan tanpa jawaban

Selasa, 27 April 2010

Laksana Layang-Layang


Antum mau tahu tali apa yang kuat, yang fleksibel dan yang elastis?
Tidak lain itu adalah "tali agama ALLAH" (dienul islam) [QS. Ali Imran:103].
Insya ALLAH, kalau memang islamnya itu benar-benar islam 1000 triliun persen (bukan yang islam ecek-ecek, angin sekencang apapun bahkan kalau perlu angin tornado sekalian, tidak akan memberikan pengaruh apa pun!!! (
contohnya ust. Hasan Al-Banna & Jamaah Ikhwanul Muslimin serta da'i-da'i yang sampai sekarang masih bertahan dalam aktivitas dakwah)

Rangka yang seperti apa yang kokoh, yang kuat, dan tidak gampang reot?
Itu adalah "iman dan ukhuwah islamiyah" [QS. As Shof :1-5].
Semakin tinggi keimanan seseorang, semakin bertaqwa dan kuat dia menghadapi cobaan. Karena dia akan sangat percaya kalau setiap masalah itu timbul justru menyimpan hikmah dan kemuliaan yang tinggi.

Lalu, jika antum tahu layang-layang itu punya simpul. Nah, simpul itu adalah ukhuwah yang senantiasa melindungi layang-layang dan membuat layang-layang terbang "anteng" (istiqomah).Insya ALLAH, kalau memang iman dan ukhuwah sudah kuat, mustahil layang-layang itu jadi gampang reot dan patah.

Kertasnya dari apa, biar tidak gampang sobek? (good question)
Jika islam, iman, dan ukhuwah sudah, dan ternyata layang-layang ini belum bisa terbang, hal itu karena belum ada kertasnya. Nah, kertasnya dari apa?
Jawabannya adalah "ibadah"
Seringkali kita menghadapi masalah yang membuat sebel. Itu semua karena kita kurang sadar apa hikmah dari masalah itu.
Sebetulnya masalah yang kita hadapi banyak disebabkan oleh ke"futur"an karena intensitas ibadah yang kurang.
Karena hubungan kita dengan ALLAH yang sedang tidak baik.
Insya ALLAH, jika ibadahnya benar, tilawahnya rajin, shaumnya lancar, amalnya banyak, senyumnya ikhlas, shalat dhuhanya langgeng, mudah-mudahan "ertas" ini tidak mudah rusak, sobek, kotor, jelek, dll.

Kira-kira, siapa ya yang jago menaikkan layang-layang, baik itu ketika ada angin atau tidak ada angin, hujan, dan lain sebagainya?
Mau tahu jawabannya?
Itu adalah "qalbu-hati".
Kata AA Gym : Jika hati kian bersih, pikiran pun akan jernih. Semangat hidup nan gigih, prestasi mudah diraih. Jika hati kian lapang, hidup susah terasa senang. Walau kesulitan (masalah) datang, dihadapi dengan tenang.
So, untuk apa takut dengan hujan dan angin kencang jika hati kita bisa bersih dan lapang.
Maka masalah, Insya ALLAH akan dimudahkan olehnya (QS. Al Insyiraah)

Ikhwahfillah...
Mustahil, jika dalam dakwah tidak ada masalah.
Justru masalah jika dalam dakwah tidak ada masalah.
Tergantung kita bagaimana menghadapi masalah itu.
Otomatis, jika islam, iman, ibadah, dan ukhuwah kita sempurna, maka masalah akan jadi mudah untuk dihadapi.
"bukan dengan masalah kita jadi mundur, putus, bahkan berhenti dari dakwah"
Karena sejak zaman dulu, masalah telah menjadi "makanan pokok" bagi para pejuang dakwah.
Karena apa?
Karena dengan masalah itu, kita jadi tinggi dan bisa terbang seperti layang-layang.

Masih ingat dengan kisah Mushab bin 'Umair yang ketika perang Uhud memegang panji?
Awalnya tangan kannya yang patah, kemudian tangan kiri.
Tapi itu tidak membuat beliau mensia-siakan amanah untuk memegang panji dan kemudian dengan sisa tangannya, ia pegang panji itu sampai akhirnya syahid (semoga ALLAH memberikan kepangan surga kepadanya)

Ikhwahfillah...
Dakwah itu memang perlu pengorbanan, perjalanan dakwah akan dipenuhi oleh jatuh bangun, sobek, patah, darah, harta, bahkan nyawa.
Tapi yakinlah, jika semua itu akan dibalas ALLAH.
Semoga ALLAH senantiasa memberikan kekuatan, keberanian, dan keistiqomahan kepada para prajurit dakwah dan senantiasa melindungi mereka dan memberikan kemudahan dalam aktifitas mereka (mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya). Amin.

Ikhwahfillah...
Jangan sampai, ketika kita sedang menyelesaikan masalah justru malah menimbulkan masalah baru dan bahkan melemahkan perjuangan yang lain.
Buktikan jika kita kuat walau sedang dirundung masalah.

Hidup ini tidak akan bebas dari aral rintangan. Setiap kita pasti menemuinya. Yang harus tertanam di keyakinan keimanan adalah bahwa semua itu hanya ujian yang ada ganjarannya. Semakin berat, semakin banyak pahalanya. Itulah keadilan ALLAH.

Jumat, 16 April 2010

Bekerja Dengan Caranya Masing-Masing


Perusahaan atau organisasi manapun perlu menyelaraskan visinya dan mensosialisasikan kepada seluruh elemn perusahaan atau organisasi dari tataran manapun.
Hal ini penting, karena tumbuh, kembang, majunya suatu perusahaan juga terlihat dari visi dan realisasinya.

Namun, sadarkah???
Ternyata untuk mencapai visi tersebut, tak bisa melalui penyeragaman cara kerja.
Karena, jika gaya belajar setiap orang saja berbeda-beda, otomatis akan berpengaruh terhadap gaya bekerjanya (meskipun belum diteliti mau dikualifikasikan seperti apa).

Secara sistem, setiap elemen perusahaan atau organisasi dituntut untuk menjalankannya dan hal itu pasti terealisasikan.
Namun, yang dibicarakan bukanlah mengenai sistem, tapi bagaimana setiap orang bekerja untuk mencapai visi bersama yang ternyata memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Toh, karakter setiap orang juga tak ada yang sama.

Setiap perusahaan maupun organisasi sudah seharusnya menyadari hal ini. Karena terkadang, ketika ketidaksadaran akan hal ini muncul, maka hadir pulalah penekanan2 serta justifikasi2 yang tak jelas hanya karena cara kerja setiap orang yang berbeda. Padahal tanpa disadari, tujuan perusahaan mampu tercapai bahkan mungkin melebihi target yang diharapkan.

Masing-masing orang punya cara kerjanya sendiri2. Banyak jalan menuju roma, banyak jalan untuk mencapai tujuan, dan dari jalan yang banyak itu, banyak tersedia jalan dan cara yang baik untuk ditempuh.

Karena itulah, ada kualifikasi pekerjaan. Ada pekerja lapangan, ada pekerja kantoran, bahkan ada pekerja rumahan. Ada yang hanya mampu menjalankan salah satunya, namun ada juga mampu melakukan segalanya dengan potensi yang dia punya.

Setiap orang hanya ingin memanfaatkan kesempatan untuk aktualisasi. Jika tak ada kesempatan, mereka siap menciptakan kesempatan dengan cara yang menurutnya baik. Setiap orang ingin produktif, tak ada yang bercita-cita hanya sekedar berleha2 dan istirahat sepanjang masa. Bahkan ketika ada yang berambisi untuk menjadi orang kaya, diapun akan bekerja dengan cara yang menurutnya baik. meskipun sebenarnya tidak.

Sekali lagi, setiap orang punya gaya kerjanya tersendiri. Ketika manusia mulai bernafas kembali di pagi hari, hal itu berarti dia baru saja memulai pekerjaannya. Meskipun menurut banyak orang, dia seakan tak berbuat apa2. Tapi pembuktian itu terkadang membutuhkan kesabaran. Akankah hasil dari gaya kerjanya akan membawanya pada kebaikan atau keburukan...

Kamis, 15 April 2010

Gonta Ganti Wallpaper/Template/Theme Untuk Blog

Disadur dari blog seorang sahabat bernama Isyawitri...

Assalamu'alaikum...

Senangnya akhirnya bisa sedikit ngubah tampilan di blog, naaahh..buat kamu newbie atw pengguna blog baru (kaya aq juga) yg mau ganti-ganti template or theme blognya, mungkin bisa ikuti langkah mudah ini..^^

1. Kamu bisa buka link ini; http://bloggertemplateplace.com/
Di dalam site itu ada beberapa pilihan blog yang bisa kamu gunakan untuk tampilan blog kamu yang baru.

2. Pilih salah satu tempalte/theme blog yang "eye catching" mnurut kamu n cocok dengan tema blog kamu. Klik READ MORE pada pilihan tampilan.

3. Naaaahh...diliat2 aja dulu jangan buru2 di donlot ya gan..^^ Tapi kalo udah cocok kamu bisa klik tulisan DOWNLOAD di bawah tampilan templapte yang kamu pilih.

4. Setelah didonlot, kamu harus nge-extract file itu dan nanti akan berubah filenya jadi jenis: xml document.

5. Naaaaaaaahhh....file hasil ekstrak kamu klik kanan dan buka file itu dengan Notepad di komputer kamu atau di Ms. Word juga bisa

6. After that..Buka dulu Kostumisasi di blog kamu trus pilih yang EDIT HTML

7. Truuusss....Kan ada boks yang isinya kode2 juga tuh..Naahh itu kamu copy dulu trus paste ke Word dan di save buat jaga-jaga kalo hasilnya kurang bagus dengan template baru itu..^^a, setelah itu kode yang lama dihapus. Abiss itu, kamu bisa copy kode dari hasil ekstrak donlotan template tadi dan paste ke boks itu

8. Naaah...setelah d kopi, beri tanda ceklist (v) pada tulisan Expand Template Widget..trus SIMPAN/SAVE dah..

9. Kalo belum berubah, kamu bisa masuk ke EDIT HTML lagi dan masukkan file hasil ekstraksi tadi ke boks :
Upload sebuah template dari sebuah file pada hard drive Anda:
dan pilih tulisan unduh/download. Trus hasilnya bisa langsung di save dengan memilih tulisan PERTAHANKAN WIDGET (ini dalam rangka menjaga aplikasi pada blog kamu sebelumnya). Dan SAVE deh setelah itu..^^ fiiuuuhhh...
Ga susah ko..tenang aja..Kalo ada yang rada sulit silahkan tanya2 aja ya ^^..Daripada sesat di jalan..hehehe

Selamat Mencoba..^^

Wassalamu'alaikum