Kamis, 29 Juli 2010

Cinta Satu Muara


Pernikahan...
Mungkin karena menjelang ramadhan hingga banyak orang yang mengejar target menikah di bulan ini. Ada juga yang mengejar setelah ramadhan. Bahkan ada juga yang mengejar tanggal cantik agar mudah diingat. Contohnya saja tanggal 10 bulan 10 tahun 10. Yang jelas, setiap mereka memiliki pertimbangan masing-masing.

Pernikahan...
Undangan kian menggunung di kamar. Undangan dari sana, undangan dari sini, undangan dari situ, bahkan undangan dari sono. Bergulir terus satu per satu. Waktu ini memang cepat berlalu. Dulu, aku sering ikut orangtua kondangan kemana-mana. Sekarang, aku pergi sendiri atau bersama beberapa teman. Tak terasa, ternyata masa itu sudah harus dilewati.

Pernikahan...
Ada berbagai cara yang digunakan para sahabat untuk bisa melangkah ke tahap itu. Mulai dari langkah pacaran hingga mengikuti syariat. Dan pastinya, apa yang mereka lakukan berlandaskan cinta. Entah, memiliki muara yang sama atau tidak.

Pernikahan...
Teringat dengan sebuah pepatah jawa yang mengatakan bahwa cinta hadir karena telah terbiasa. Aku hanya bisa menjawab dengan kata, "Entahlah" (rasa-rasanya sudah terlalu banyak kata "entahlah" yang kukeluarkan dalam setiap tulisanku). Sebanrnya aku menyepakatinya meskipun tidak terlalu sepenuhnya. Karena toh, banyak sekali peristiwa yang bertolak belakang dengan kata pepatah itu. Karena terbiasanya, mereka mulai bosan, jenuh, penat hingga mencari pelarian. Bahkan ada yang memilih berpisah karena terbiasanya. Tak masuk akal kupikir. Tapi itulah realita yang kutemui bahkan kita semua jumpai di negeri yang sudah tak jelas lagi ini. Hingga akhirnya, aku menemukan kesimpulan. Mungkin mereka belum menemukan muara cinta sebenarnya.

Pernikahan...
Aku sepakat jika hal ini dilakukan berlandaskan cinta. Cinta pada muara yang tepat. Dalam hal ini bukanlah dalam konteks calon pasangan melainkan pada Sang Pemegang Otoritas, Sang Pemilik Hati. Jika muara cinta ini hanya satu, yaitu ALLAH, aku yakin cinta itu akan selalu segar dan tidak akan pernah membosankan. Karena cinta satu muara, hanya punya satu muara. Dan dari muara itu, cinta dengan sendirinya mengguyur deras pada setiap makhluk hidup di bumi ALLAH ini yang kemudian membasahi mereka dan memberikan inspirasi untuk turut memercikkan rasa itu ke makhluk ALLAH yang lain.

***

Cinta satu muara hanya punya satu muara. ALLAH.
Setiap kita akan melangkah, maka muaranya hanya satu.
Setiap kita terjerat masalah, maka peraduannya pun hanya satu.
Setiap kita tertimpa musibah, maka tempat pertolongannya pun hanya satu.
Setiap kita merasakan cinta, maka sudah semestinya muaranya pun hanya satu.
Hingga akhirnya, ketika kita siap menikah, maka muaranya pun hanya satu.
ALLAH.

Cinta satu muara, merupakan cinta yang produktif dan aktif.
Hanya tahu memberi dan memberi dan ingin yang diberi menjadi lebih baik.
Bukan dalam kondisi sebaliknya.

Cinta satu muara, cinta yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
Muaranya hanya satu dan satu-satunya, sedangkan lain adalah bentuk dan realisasi dari cinta satu muara tersebut.
Jadi jangan heran, ketika ada keluarga yang bisa mempertahankan bahkan membuat kondisi keluarganya luar biasa maju dan hebat (konteks dunia dan akhirat). Karena muara cinta mereka memang hanya satu.

Cinta satu muara, cinta ini selektif karena hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar ingin merasakannya. Usaha untuk mencapainya pun terbilang cukup berat. Justru itu yang menguji cinta. Apakah cinta itu berada pada muara yang tepat atau hanya sekedar cinta tanpa muara.

Cinta satu muara melibatkan ruh, jasad dan pikiran untuk menggapainya.
Cinta satu muara, hanya ALLAH muaranya.

2 komentar:

  1. cinta itu semangat...

    semangat sambut panggilanNya...

    Salam ukhuwah...

    BalasHapus