Rabu, 14 Juli 2010

Episode Dua Lusin


Entah sudah berapa banyak orang dan tempat yang pernah singgah dalam kehidupan ini. Masing-masing dari mereka memiliki peran tersendiri bahkan beberapanya dijadikan teladan yang mempengaruhi impian bahkan motivasi untuk menjadi lebih baik.

Hmmm...
Luar biasa pikirku...
Merasakan skenario ALLAH hingga detik ini yang sungguh tak pernah bisa kubayangkan sebelumnya. Ada saja cerita yang menurutku kurang logis bahkan untuk sekedar dikarang oleh manusia. Sungguh, aku punya ALLAH yang luar biasa MAHA.

Setiap kita punya cerita dengan alur dan latar yang berbeda-beda. Ceritaku tak berarti ceritamu. Namun, ada cerita yang mempertemukan cerita kita yang akhirnya memperkaya kisah. Dan aku berterima kasih karena ternyata cerita ini menjadi inspirasi dalam hidupku.
Kuharap begitupun denganmu, para sahabat.

Dua lusin, begitu istilah kakak kelasku. Dua lusin sudah usia ini kian menghampiri. Ibarat dua lusin telur yang berkumpul dalam satu wadah, jika ia tak dialas oleh benda seperti kertas yang cukup tebal untuk menahan bebannya, maka telur pun akan pecah atau mungkin minimal retak. Seperti itu juga usia ini, jika ku tak pandai mencari alas yang cukup tebal, dasar yang tak cukup kuat, dan jika iman ini justru goyah, maka retaklah bahkan pecahlah aku di usia ini. Tentu tak ingin aku menghadapi saat seperti itu.

Hmmm...
Beginilah aku yang rupanya telah cukup panjang mengarungi kehidupan ini. Meskipun belumlah sepanjang orangtuaku bahkan kakek-nenekku. Dan semakin bertambah usia ini, semakin bertambah pula kesadaran bahwa aku yang memilih untuk hidup tatkala ALLAH menawarkan itu sejak di rahim sang bunda. Aku telah memilih dan dipilih untuk menjadi salah satu yang mewarnai kehidupan di dunia ini. Pilihan itu menjadi kesempatan yang entah telah berapa banyak telah kulewati hingga akhirnya menjelma menjadi sebuah penyesalan yang berbuah pada pengandaian. Namun, segalanya tak mengurangi kesyukuranku pada-NYA. Toh, kesempatan yang terlewati itu memang sudah lewat tapi setidaknya aku masih diberi kesempatan untuk belajar menghargai kesempatan yang lewat itu. Dan tak sekedar menghargai, tapi juga untuk tak mengulangi untuk kesekian kalinya.


...to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar