Jumat, 14 Mei 2010

Embel-Embel Duniawi


Pernahkah merasa diri kita dilihat bukan sebagai layaknya karakter yang dimiliki?
Namun, dilihat dai siapa orangtua kita, level pendidikan, tingkat pekerjaan, atau embel-embel dunia yang lain?
Merasa nyamankah dengan hal yang sepeeti itu?
Pastinya tidak, namun kadang tanpa disadari kita pun melakukannya terhadap orang lain...

Hmmm...
Rasa kurang nyaman itu sering hadir sebenarnya setiap kita mulai berhadapan dengan orang lain.
Bahkan embel-embel duniawi itupun mau tidak mau dan kadang dengan terpaksa mempengaruhi pola pergaulan.
Dari mana kita, maka di situlah kita bergaul sesuai dan selaras dengan embel-embel yang dimiliki.
Sungguh sangat aneh, ketika dihadapan ALLAH semua manusia adalah sama, tapi kenapa justru di mata manusia yang hanya makhluk kecil tak berdaya, semuanya justru tak sama...
Karena pengaruh embel-embel duniawi tadi.

Maka dari itu, kadang kita merasa kurang nyaman atau mungkin minder untuk berhadapan dengan orang yang kita pikir memiliki "kelebihan" dalam segi duniawi.
Namun, kita merendahkan mereka yang "kekurangan".
Betapa tidak adilnya kita sebagai manusia, namun harus siap dengan keadilan yang telah ALLAH siapkan dan mungkin diberikan di dunia atau di dunia setelah di dunia.

Terkadang pula, kita ingin diperlakukan sesuai dengan embel-embel duniawi yang kita miliki, meski itu semu.
Namun, adakalany kita lebih ingin diperlakukan sebagaimana kita dengan segala karakter yang dimiliki.
Manusia memang tak kunjung puas.
Selalu merasa kekurangan, tapi tak pernah menyadari jika telah berlebihan bahkan dianggapnya masih sangat kurang.
Syukur rasanya jauh sekali dan hanya bagi mereka yang terpilih.

Jadi, harus bagaimana bersikap dengan orang lain?
Menurutku, pastinya kita tak bisa menghindari bersikap sesuai dengan embel-embel yang dimiliki.
Misalnya saja, jika kita bertemu dengan orang yang lebih tua secara usia, maka kita harus menghormatinya.
Jika kita bertemu orang yang lebih baik ilmunya, maka kita pun harus lebih bersikap layaknya seorang murid terhadap gurunya.
Jika kita bertemu dengan orang yang memiliki kekurangan, maka rasa kasihan dan menolong pun pasti akan tampak dan direalisasikan.
Mau, tak mau; suka, tak suka; embel-embel duniawi memang tak penting tapi pasti berlaku...
Kelebihan dan Kekurangan dalam diri setiap orang menjadi bukti kekuasaan ALLAH.
Menjadi kesempatan bagi kita untuk berjuang lebih maksimal dan menolong lebih maksimal.
Namun, bukan berarti menghalau kita untuk bisa bergaul dengan mereka dan sama-sama berbuat kebaikan dan berlomba dalam kebaikan.
Tak boleh ada kata "minder", tak boleh ada kata "jiper", tak boleh ada kata "tak percaya diri".
Karena kita bisa belajar dari setiap episode kehidupan manusia.
Belajar dan termotivasi untuk memberikan lebih banyak dan mendapatkan lebih banyak.
Dan semua untuk kebaikan dan kejayaan dienul islam.
Dan semua karena rasa cinta yang kita miliki kepada RABB Sang Pemegang Otoritas.
Hingga mengalir cinta itu untuk sesama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar