
Sebuah kisah pendek tentang bagaimana rasanya mengingkari, membohongi hingga memendam perasaan yang sebenarnya akan menjadi penyakit hati pada akhirnya...
pernah merasa kesal, namun semua itu tak boleh ditumpahkan? bahkan jika itu ditumpahkan pun, hanya akan dipersalahkan meskipun kita merasa tak salah dan tak semestinya kita satu-satunya orang yang dipersalahkan...
pernah merasa marah memuncak, namun mencoba untuk menyalahi bahkan merutuki diri sendiri karena merasa tak hanya orang lain yang turut andil atas marahnya kita, tapi juga diri sendiri...
pernah merasa menyayangi tapi bahkan untuk mengungkapkannya pun sulit untuk diutarakan bahkan kadang diutarakan dengan cara yang aneh dan tak dimengerti orang lain, hingga kadang melahirkan kesalahpahaman...
pernah merasa khawatir terhadap orang lain, namun dianggap memiliki perasaan yang jauh lebih dalam dari itu? padahal memang karakter kita yang kadang terbawa panik...
pernah merasa sangat marah dengan orang yang dikasihi, namun hanya bisa diam dan menyimpan amarah itu hingga keluar menjadi tangis... hanya karena tak ingin ada hati lagi yang tersakiti...
Senyum itu terlukis indah di wajah...
tulus tapi ternyata berbalut luka yang mendalam...
luka hati yang sulit terobati dan berusaha semua larut oleh waktu yang tak sebentar...
berusaha senyum untuk memotivasi diri sendiri meskipun sebenarnya luka itu masih tertancap, sulit tercabut...
hati itu telah sobek, meskipun berusaha untuk dijahit...
namun, apapun setelah sobek dan dijahit pasti akan meninggalkan bekas luka...
meskipun senyum itu masih menghiasi...
bukan berarti maaf tak diberi...
namun, luka hati teramat sulit diobati...
maka, berhati-hatilah dengan hati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar