Senin, 11 Februari 2013

Menikah untuk Bahagia

Bisnis bersama pasangan, akankah ia menjadi ANUGERAH atau MUSIBAH?

Banyak orang memulai bisnisnya dengan cara bergabung atau bisa dikatakan patungan dengan orang lain, baik itu berdua, bertiga, dan seterusnya. Alasan memilih teman dalam berbisnis pun pastinya dan harusnya sudah dipikirkan secara matang baik karena alasan kecocokkan dalam pekerjaan, satu visi, satu hobi, teman karib, dan berbagai alasan lainnya. Setiap alasan tersebut menuju pada satu hal yang disadari ketika kita memilih siapa yang akan menjadi rekan bisnis, yaitu karena ketika kita memilihnya resiko di masa datang lebih kecil daripada memilih yang lain. Jika ternyata satu waktu muncul ketidakcocokkan dalam berbisnis dengan rekan kita saat ini, keputusan bubar bisa menjadi pilihan. Hal ini tidak hanya berdampak pada bubarnya bisnis tapi juga berpengaruh pada kualitas persahabatan yang sudah dirancang sebelum bisnis tersebut dimulai. Lalu, bisa dibayangkan apa yang terjadi ketika peristiwa ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga kita? Persahabatan dengan orang lain bisa saja putus di tengah jalan tapi tidak membawa pengaruh yang cukup banyak, sedangkan rumah tangga? Jika begitu, apakah sebaiknya berbisnis dengan pasangan tidak perlu dilakukan?

Pasangan dengan sahabat punya perbedaan yang cukup signifikan. Jika sahabat belum tentu bisa menjadi pasangan kita, maka pasangan justru harus bisa dijadikan sebagai sahabat terbaik yang tujuannya tidak hanya di dunia, tetapi juga akhirat hingga ke surga. Oleh karena itu, ketika memutuskan untuk berbisnis dengan pasangan dibutuhkan beberapa hal yang didiskusikan bahkan disamakan, yaitu dalam hal VISI, MISI, dan VALUES. Hal ini sama halnya ketika kita memutuskan untuk memilih seseorang menjadi pasangan. Mengapa ketiga unsur tersebut menjadi penting?

Ketika kita memutuskan untuk menikah dengan seseorang maka perhitungan yang terjadi adalah bukan 1+1=2, melainkan 1+1=>2,>100,>1000,~. Kenapa bisa seperti itu? Menikah bukan hanya urusan tentang 2 orang mempelai yang memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga. Sebelum mereka resmi menjadi pasangan, maka akan ada banyak orang yang terlibat untuk membantu mereka menyiapkan pernikahan bahkan menikah sendiri menjadi babak baru untuk terjun ke masyarakat dengan status yang disandang sebagai suami istri. Dengan begitu, pasangan yang telah menikah memiliki tanggung jawab baru yang tidak hanya berhubungan langsung dengan keluarga intinya tetapi juga masyarakat sekitar karena ketika mereka tinggal di lingkungan yang baik, maka hal ini berdampak positif pada kesehatan kehidupan keluarga mereka, begitupun sebaliknya. Menikah bukan hanya bicara tentang sebuah organisasi kecil tetapi menyangkut organisasi besar, yaitu peradaban dunia. Jangan sampai pernikahan dan keturunan yang berasal dari pernikahan kita hanya menjadi buih di dunia ini. Oleh karena itu dibutuhkan kualitas dan sinergi dari kedua belah pihak agar kekuatan serta manfaat mereka tidak berkuranng tetapi malah justru bertambah ratusan, ribuan, bahkan milyaran kali lipat untuk bisa turut memperbaiki peradaban. Hal ini termasuk juga dalam kehidupan bisnis bersama pasangan. Lalu, mana yang harus lebih didahulukan? Hubungan di rumah yang baik maka bisnis menjadi baik atau bisnis yang baik maka hubungan di rumah pun akan baik???

Jawaban yang tepat adalah poin pertama. Mengapa demikian? Bisa dibayangkan ketika kita pergi ke tempat usaha bersama pasangan dengan mengendarai motor atau sekedar naik angkutan umum. Sebelum berangkat kerja, bersama pasangan menyiapkan perbekalan untuk makan siang atau perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk keperluan usaha. Saling melempar senyum di pagi hari dan sekedar kata-kata penyemangat agar usaha di hari itu dipenuhi keberkahan. Apa yang terjadi? Secara otomatis pagi hari itu menjadi indah, berkah, dan memunculkan semangat baru untuk mendulang rezeki yang dijanjikan ALLAH kepada para umat-NYA. Bekerja sama untuk mengumpulkan rezeki bagi kehidupan masa depan keluarga. Oleh karena itu, cara memperlakukan pasangan menjadi poin terhadap perkembangan bisnis karena pondasi bisnis dimulai dari hubungan dengan pasangan.

Selain visi, misi, dan values, ada hal lain yang harus diperhatikan ketika memulai bisnis dengan pasangan, yaitu kesamaan dalam hal energi, kecepatan (speed), dan passion dalam bisnis. Bisa dikatakan, ketiga hal di poin kedua merupakan turunan dari ketiga hal di poin pertama.
Passion
Setiap orang punya minat yang berbeda, selera yang berbeda, serta keinginan yang berbeda. Ada perbedaan yang bisa disatukan tapi ada juga yang justru bertolak belakang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena ketika passion dari masing-masing pasangan berbeda, maka arah pekerjaan pun berbeda. Pada akhirnya hal ini bisa berakibat pada berubahnya orientasi, dari bisnis bersama pasangan menjadi sama-sama berbisnis dengan pasangan. Kedua hal ini jelas berbeda dan threatment dalam berkeluarga pun berbeda. Bisnis bersama pasangan bisa dikembalikan kepada visi, misi, dan values baik dalam berkeluarga maupun bisnis. Sedangkan sama-sama berbisnis dengan pasangan sama halnya dengan beda orientasi pekerjaan yang tidak harus dalam bisnis. Bentuk diskusinya pun pasti akan berbeda ketika dalam berkeluarga. Untuk hal ini tidak akan dibahas lebih lanjut karena topiknya adalah di poin pertama.
Energi
Meskipun telah berkeluarga, masing-masing pasangan memiliki perannya masing-masing dalam rumah tangga. Seorang istri memiliki peran besar dalam mengurus rumah tangga, sementara seorang suami menjadi poros dalam ekonomi keluarga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap masing-masing berpengaruh terhadap bagaimana kita bisa memahami energi pasangan baik ketika di rumah maupun ketika sama-sama terlibat dalam pekerjaan. Misalnya saja, selesai dari bekerja seorang istri harus tetap siap dengan perannya dalam rumah tangga, sementara suami bisa jadi tetap harus berpikir ketika di rumah bagaimana cara mengembangkan usaha dan mendongkrak ekonomi keluarga. Melalui hal tersebut, maka diperlukan kerjasama karena energi yang dimiliki masing-masing digunakan sesuai dengan perannya.
Kecepatan (Speed)
Lagi-lagi bicara tentang perbedaan. Untuk poin ini, berbicara tentang kecepatan masing-masing personal dalam memperjuagkan usahanya. Kecepatan ini tidak hanya berbicara tentang energi tapi juga ide, kreatifitas, maupun kompetensi hingga kultur dari masing-masing pihak. Pasangan yang sangat memahami bisnisnya akan dengan cepat melakukan akselerasi karena ide-ide bisa muncul secara otomatis, sementara yang kurang memahami memerlukan waktu untuk mengenal lebih jauh mengenai bisnis dengan pasangan yang disepakati. Karena itu, bagi pasangan yang bisa lebih cepat akan lebih baik membantu pasangannya untuk melakukan akselerasi tanpa pemaksaan dan bisa lebih memahami bagaimana pasangannya tumbuh dan berkembang. Hal ini akan besar pengaruhnya terhadap keharmonisan keluarga.

Dua poin telah dibahas di atas bagi pasangan yang memutuskan untuk bisnis bersama. Sekarang kita masuk ke poin ketiga yang harus diperhatikan, yaitu keterampilan dalam komunikasi. Dalam berbisnis, kita mengenal istilah service excellent. Hal ini sering kita berlakukan kepada para pelanggan yang menjadi konsumen dari produk maupun jasa, sehinggga selalu ada usaha untuk memunculkan inovasi-inovasi baru dalam melayani mereka dengan baik. Pertanyaannya adalah, apakah kita juga melayani anggota keluarga kita layaknya melayani pelanggan? Seringkali kita lupa, untuk apa dan siapa kita berusaha kerja keras dalam mencari rezeki ALLAH. Bukan hanya untuk diri kita pribadi tapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. Seringkali pula kita lupa bahwa bukan hasil dari usaha kita saja yang diperlukan oleh keluarga tapi ada hal lain yang lebih besar dari itu nilainya. Perhatian dan kasih sayang. Karena itu, muncul teori (lupa teori siapa?) mengenai 5 kecenderungan bagaimana pasangan kita ingin diperlakukan. Mulai dari quality time, diberi hadiah, sentuhan fisik, melalui kata-kata, dan perhatian seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah, dsb. Dari keterampilan komunikasi yang kita miliki, sudah seharusnya tidak hanya diterapkan ketika menghadapi pelanggan tetapi juga pasangan karena orang yang ada di samping kita saat ini, yang dengannya kita telah mengikat perjanjian paling berat hingga mengguncangkan 'arsy, adalah klien utama kita dalam kehidupan ini. Dengan memperlakukan pasangan kita sebagai klien utama, maka ia pun akan memperlakukan dan melayani kita sebagai klien utamanya pula. Dan hal ini sangat penting dalam bisnis bersama pasangan karena hubungan yang baik di rumah akan mempengaruhi bisnis yang semakin membaik.

Selain komunikasi, poin selanjutnya yaitu ego dari masing-masing pasangan. Albert Eisntein mengemukakan "More the knowledge lesser the ego, lesser the knowledge more the ego." Dalam berumah tangga diperlukan ilmu apalagi jika ditambah dengan bisnis bersama pasangan yang nantinya akan menjadi bisnis keluarga. Minimnya ilmu akan berpengaruh terhadap cara pandang kita menghadapi berbagai dinamika dalam berumah tangga maupun dalam bisnis bersama pasangan. Tidak hanya cara pandang, tetapi juga mempengaruhi emosi masing-masing pasangan. Karena itu, bagi para calon pengantin perlu meningkatkan ilmunya sebelum hari yang dinanti tiba dan tetap harus konsisten untuk tumbuh, berkembang dan belajar terus menerus pasca hari pernikahan karena proses mengenal itu bukanlah 1 atau 2 hari. bukan juga 5 atau 10 tahun, melainkan seumur hidup.

Poin selanjutnya, yaitu menjadikan pasangan sebagai sahabat terbaik kita. Meskipun membangun bisnis bersama pasangan bukan berarti kita melihatnya sebagai karyawan. Karena perlakuan terhadap karyawan dengan perlakuan terhadap pasangan jelas jauh berbeda. Bisa jadi, ketika kita melihat pasangan sebagai karyawan, maka akan ada rasa illfeel di sana. Oleh karena itu, selama bekerja dengan pasangan jadikan ia sebagai partner, ketika di rumah jadikan ia sebagai pasangan. Karena hakikatnya, ALLAH mengirimkan pasangan pada diri kita untuk menjadi teman dan lebih dari itu sahabat terbaik dan utama buat kita. So, langkah untuk bisa berbisnis dengan pasangan adalah mulailah untuk bisa mulai memberlakukan sistem ON OFF. Kala bekerja sistem ON sebagai partner kerja mulai dinyalakan. Ketika di rumah sistem OFF lah yang diaktifkan. Sediakan waktu khusus untuk bisa sekedar jalan-jalan atau diskusi, berbagi hadiah, perhatian, dan hal lain yang bisa meningkatkan kasih sayang di antara keduanya. Bisa dikatakan, terapkan 5 hal kecenderungan bagaimana pasangan ingin diperlakukan. Tidak hanya salah satunya. Karena ketika kita memperlakukan hal lain di luar kecenderungan pasangan, hal itu bisa menjadi kejutan yang istimewa.

Selain hal di atas, kesiapan kita untuk selalu mendukung pasangan, penerimaan, kemauan untuk terus belajar menjadi lebih baik dalam berumah tangga sebagai langkah untuk menguatkan pondasi tidak hanya dalam berkeluarga tapi juga dalam bisnis bersamanya menjadi poin penting yang harus selalu diperhatikan bagi para pasangan yang ingin bisnis bersama. Dan poin terakhir yang sebenarnya adalah poin paling awal dari semua poin di atas adalah NIAT kita baik dalam memulai sebuah rumah tangga hingga memutuskan untuk bisnis bersama pasangan. ALLAH dulu, ALLAH lagi, dan ALLAH terus. Karena ALLAH yang memberikan partner kepada kita, ALLAH yang memilihkan, ALLAH yang menyampaikan pada waktunya, dan cuma ALLAH yang paling tahu siapa yang paling baik dan terbaik untuk menemani kita. Tidak sekedar menemani dalam perjalanan di dunia, tapi juga di akhirat, bahkan hingga ke surga. Aamiinn ya Rabbal 'Alamiin...


*dengan modifikasi dan harapan dari seorang :
SITI NURUL KHAIR
110213



Sumber :
1. Seminar "Menikah untuk Bahagia" by Indra Noveldy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar